MANDALAPOS.co.id – Menurut sebuah penelitian laboratorium, masker wajah mengurangi risiko penularan Covid-19 yang melibatkan tetesan (droplet) ketika berbicara atau batuk hingga 99,9 persen. Demikian dikatakan para peneliti kemarin dalam sebuah percobaan menggunakan manekin dan manusia.
Seorang perempuan yang berdiri dengan jarak dua meter dari seorang pria yang batuk tanpa masker maka perempuan itu akan berisiko terkena 10.000 kali paparan tetesan dibanding jika pria itu memakai masker. Jika pria itu memakai masker dan si perempuan berdiri dengan jarak 50 sentimeter dari dia maka risiko dia terkena paparan tetesan jauh lebih kecil. Demikian dilaporkan Jurnal Royal Science Open Society.
“Tidak diragukan lagi bahwa masker wajah bisa mengurangi penyebaran virus yang keluar lewat tetesan,” ujar peneliti senior Ignazio Mario Viola, ahli dinamika cairan di Universitas Edinburgh’s School of Engineering, kepada AFP.
Tetesan berukuran besar yang keluar dari mulut sebelum jatuh ke tanah karena gravitasi selama ini dianggap sebagai sumber penularan virus Sars-CoV-2.
Tetesan berukuran lebih kecil yang biasa disebut aerosol (abu) bisa bertahan mengambang di udara untuk waktu yang lebih lama.
“Kita bereksperiman dengan mengembuskan tetesan sebanyak mungkin, dari berukuran skala mikro hingga berukuran milimeter.
“Sebagian tetesan akan jatuh lebih cepat dibanding lainnya, tergantung pada suhu, kelembapan dan terutama kecepatan angin,” ujar Mario Viola via telepon, seperti dilansir laman AFP, Rabu (23/12).
Penelitian ini fokus terhadap partikel tetesan yang diameternya lebih besar dari 170 micron–sekitar dua atau empat kali lebih lebar dari rambut manusia.
Partikel abu yang cenderung terbawa arus udara secara umum berukuran lebih kecil dari 20 atau 30 micron.
Tetesan berukuran sedang bisa bergerak seperti itu juga.
“Kalau Anda pakai masker, maka Anda mencegah penularan virus hingga 10 kali lebih kecil,” ujar Mario Viola.
“Dalam penelitian kami, ukuran tetesan yang lebih besar maka pencegahannya bisa mencapai 99,9 persen.”
Menurut Institut Evaluasi Metrik Kesehatan (IHME) di Seattle, Washington, 55.000 nyawa di AS bisa terselamatkan selama empat bulan ke depan jika kebijakan pemakaian masker diterapkan.
Pemodelan yang dibuat kampus itu–yang pertengahan Juli lalu secara akurat memprediksi kematian di AS mencapai 224.000 pada 1 November–memprediksi akan terjadi 561.000 kematian hingga 1 April, 2021.
Pemakaian masker universal akan mengurangi kematian global hingga 400.000 dalam periode yang sama, dari 2,9 juta hingga 2,5 juta, menurut perhitungan mereka. Hingga saat ini Covid-19 sudah membunuh 1,7 juta orang di seluruh dunia.
Awal bulan ini Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperbarui panduan soal pemakaian masker dalam menghadapi Covid-19. WHO menganjurkan masker tetap dipakai di dalam ruangan yang banyak orang jika ventilasi udara kurang memadai.
Masker sangat mengurangi keluarnya tetesan ketika orang batuk, bersin, bernyanyi, berbicara, atau sekadar menarik napas, tapi juga mencegah orang menghirup tetesan dari orang lain.
“Masker kain tidak hanya efektif mencegah tetesan berukuran besar–20-30 micron–tapi juga mencegah keluarnya tetesan dan partikel yang sering disebut abu,” kata Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC).
Sumber : m.merdeka.com