Ini Fakta-Fakta Gempa yang Mengguncang Majene

0
480
Longsoran batu akibat gempa di Majene yang dilaporkan warga Sulbar (Istimewa).

MANDALAPOS.co.id, MajeneKabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar) pada Kamis (14/1) lalu diguncang gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 5,9. Selain terasa di sekitar wilayah Majene, Sulbar, getaran gempa juga dirasa cukup hebat di beberapa wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga Kalimantan Timur.

Laporan BMKG sesaat setelah gempa terjadi menyebutkan, gempa terjadi tepatnya pada Kamis (14/1/2020) pukul 13.35 WIB di koordinat 2,99 Lintang Selatan dan 118,89 Bujur Timur. Gempa berada di kedalaman 10 kilometer.

BMKG memastikan tidak ada potensi tsunami dari gempa tersebut.

Berikut 7 fakta terkait gempa M 5,9 di Majene yang terasa hingga Sulsel;

1. Analisis BMKG: gempa terjadi akibat aktivitas sesar lokal

BMKG menjelaskan, gempa M 5,9 di Majene merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal. Hal ini berdasarkan analisa BMKG terkait lokasi gempa yang terletak pada koordinat 2,99 LS dan 118,89 BT atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 4 km arah barat laut Majene, Sulawesi Barat, di kedalaman 10 kilometer.

“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal,” ujar Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Bambang Setiyo Prayitno, dalam keterangan tertulis, Kamis (14/1).

Bambang melanjutkan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

2. Lokasi terdampak gempa selain di Majene

Gempa yang terjadi Majene tersebut juga dirasakan di beberapa wilayah lain di Sulawesi Barat, Sulsel, hingga Kalimantan Timur.

Seperti di Kabupaten Polewali, Sulbar, BMKG menyebut dampak gempa Majene di wilayah tersebut dirasakan dengan getaran IV-V MMI, yang berarti getaran dirasakan hampir semua penduduk dan orang banyak terbangun.

“Mamuju, Majene IV MMI (bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah ), Mamuju Utara dan Mamuju Tengah III-IV MMI, Toraja dan Mamasa III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu),” jelas Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Bambang Setiyo Prayitno.

“Pinrang, Poso, Pare-pare dan Wajo II-III MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang),” lanjutnya.

Selain itu, dari pantauan BMKG hingga pukul 14.00 WIB, Kamis (14/1), masih terjadi 2 aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitudo maksimum M 4,9.

3. Warga laporkan sejumlah rumah rusak dan tanah longsor                                                       

Warga di Sulbar mengaku merasakan getaran gempa yang cukup kuat saat gempa M 5,9 di Majene terjadi. Sejumlah rumah dikabarkan rusak, hingga ada longsoran batu hingga tanah di sejumlah titik.

“Informasi dari beberapa kawan saya di daerah ada rumah rusak di daerah Tapalang Barat, dan beberapa juga di Mamuju,” kata seorang warga Sulbar, Ade, saat dimintai konfirmasi wartawan, Kamis (14/1).

Menurut Ade, gempa M 5,9 tersebut dirasakan selama beberapa detik dan membuat barang-barang di sekitarnya bergoyang cukup kencang. Tidak ada korban jiwa di sekitar lokasi gempa tempatnya tinggal.

“Sampai sekarang di lingkungan saya tidak ada korban, tapi tidak tahu di daerah lainnya,” kata dia saat itu.

4. Selain membuat kepanikan warga, gempa bumi berkekuatan M 5,9 di Kabupaten Majene juga membuat sejumlah bangunan rusak, termasuk di antaranya rumah jabatan ketua DPRD Sulbar dan masjid Polda Sulbar.

Dari laporan yang dihimpun, Rujab Ketua DPRD Sulbar, yang berada di Jalan Abdul Malik Pattana Endeng, Kelurahan Rangas, Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju, mengalami kerusakan cukup parah. Bahkan atap di garasi rujab ambruk dan menimpa sejumlah mobil yang terparkir.

“Awal kejadian di pukul 14.00 Wita, kondisi kami sedang duduk di dalam, langsung tiba-tiba terasa getaran gedung. Semakin besar getaran kami langsung lari keluar,” ujar salah seorang warga yang tengah berada di rujab tersebut saat kejadian, Hendi.

Hendi mengungkapkan, kepanikan di rujab Ketua DPRD Sulbar mulai terjadi saat material atap ada yang jatuh.

“Karena banyak plafon yang berjatuhan, kami berusaha untuk lari. Setelah kami sampai di sini (di luar), kami melihat banyak motor tertimpa reruntuhan. Untuk korban alhamdulillah belum ada,” katanya.

Pasca-kejadian, sejumlah anggota TNI dikerahkan untuk membersihkan dan mengevakuasi sejumlah kendaraan yang tertimpa reruntuhan atap akibat gempa.

Selain rujab Ketua DPRD Sulbar, bangunan masjid Polda Sulbar dilaporkan mengalami kerusakan akibat gempa. Namun belum ada laporan lengkap terkait kerusakan tersebut.

Di kantor Gubernur Sulbar, para pegawai sempat panik saat gempa terasa. Gempa juga membuat peserta rapat pimpinan di lantai 4 kantor Gubernur Sulbar berhamburan ke luar gedung.

“Tadi kami sedang melakukan rapat pimpinan, dalam bingkai evaluasi dan monitoring. Tiba-tiba terjadi gempa dan hampir semua peserta rapat pimpinan berhamburan,” ujar Kepala Dinas Permukiman Sulbar, Rachmad.

Menurut Rachmad, pascagempa, sejumlah ASN memilih langsung pulang karena ketakutan.

5. Warga mengungsi ke gunung karena takut ada tsunami

Ratusan warga di Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar), sempat mengungsi ke arah perbukitan usai terjadi gempa bumi M 5,9. Warga mengungsi karena takut terjadi tsunami, apalagi sempat terjadi gempa susulan M 4,9.

“Pas gempa, kita langsung mengungsi cari tempat aman karena kita takut tsunami,” kata salah satu warga, Aco, kepada wartawan di lokasi pengungsian, Kamis (14/1).

Selain membuat rumahnya hancur, Aco mengaku peristiwa gempa membuat salah satu kerabatnya terluka akibat tertimpa reruntuhan rumah. Aco bersama warga di daerah ini mengaku akan terus mengungsi hingga mendapat kepastian bahwa kondisi sudah aman kembali.

“Rumah hancur dan isinya, retak tembok, iparku juga kena reruntuhan batu merah. Kami akan terus di sini sampai ada imbauan kalau sudah aman,” ujarnya.

Untuk itu, Aco berharap pemerintah memberikan perhatian. Apalagi warga yang mengungsi bertahan di bawah tenda darurat dengan kondisi seadanya.

“Harapannya, bagaimana pemerintah setempat memberikan bantuan, karena kita di sini sangat terbatas dengan kondisi pengungsian. Bawa alat sendiri dan bangun tenda sendiri,” ujarnya.

Warga lain, Sudirman mengungkapkan setidaknya ada lima titik lokasi pengungsian yang berada di kawasan perbukitan, Lingkungan Banua, Kelurahan Malunda. Dia mengatakan sebagian warga sudah mulai kembali ke rumah masing-masing.

“Sementara ada sekitar lima lokasi pengungsian, di tempat lain kemungkinan lebih. Pasca gempa, hampir semua warga mengungsi dan mengamankan harta benda, namun ada juga yang sudah mulai kembali ke kampung sambil berjaga-jaga,” kata dia.

Pantauan di lokasi, kurangnya tenda membuat warga yang berada di lokasi pengungsian terpaksa berdesakan. Hujan yang terus mengguyur, membuat para pengungsi rawan terserang penyakit. Terlihat ada lansia dan anak-anak yang ikut mengungsi. Di dalam tenda tersebut alat tidur yang memadai terbatas.

6. Pasien dan Nakes di RS Mamuju berhamburan keluar saat gempa

Gempa dengan kekuatan magnitudo (M) 5,9 di Kabupaten Majene, juga terasa kuat di Mamuju. Seorang dokter yang tengah mengoperasi pasien di RS Mamuju bahkan harus lari keluar saat guncangan gempa terjadi.

“Sangat dirasakan, semua pasien sudah dievakuasi, terasa sekali getaran,” ujar ujar salah seorang doter di RS Mamuju, dr Yuran, saat dimintai konfirmasi wartawan, Kamis (14/1/2021).

Yuran mengungkapkan, saat getaran gempa terasa, dia tengah berada di ruangan operasi dan sudah hampir selesai mengoperasi pasien.

“Sudah hampir selesai operasi, kemudian gempa, kemudian saya mengamankan diri termasuk pasien,” imbuhnya.

Akibat peristiwa ini, sejumlah pasien di RS Mamuju akhirnya terpaksa dipulangkan. Sisanya mendapatkan perawatan di ruangan darurat yang telah disiapkan pihak rumah sakit.

“Yang bisa pulang kita pulangkan, terus yang masih harus dirawat, sementara kita buat tempat darurat sementara,” tuturnya.

7. Gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 5,9 yang mengguncang wilayah Majene, Sulawesi Barat (Sulbar), dirasakan hingga Kota Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel). Warga Parepare yang panik berhamburan keluar dari rumah.

Seperti di kantor BPBD Kota Parepare, Kamis (14/1/2021), tampak sejumlah ASN di kantor tersebut langsung berhamburan keluar dari gedung saat getaran dirasakan.

“Lari semua tadi penghuni kantor BPBD pas ada getaran,” ujar salah seorang pegawai kantor BPBD Parepare, Kalamsyari, saat dimintai konfirmasi wartawan.

Warga Parepare lainnya, Dearwiaty, juga merasakan getaran. Saat itu dia tengah duduk santai di kursi rumahnya.

“Kusangka kucing yang tendang-tendang kursi, ternyata ada gempa,” imbuhnya.

Selain Parepare, warga di Kabupaten Pinrang, Sulsel ,juga merasakan gempa.

“Getarannya di sini kuat sekali. Saya sampai lari ke luar rumah karena terasa sekali goyangannya,” ujar Mulyadi, warga Pinrang.

Sumber: detik.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini