foto: Tim Sar dan Warga saat melakukan pencarian petani yang tenggelam
MANDALAPOS.CO.ID, Brebes – Seorang petani asal Brebes bernama Tarjono (53), membuat pengakuan yang mengejutkan warga di Desa Karangbale, Kecamatan Larangan, Brebes, Jawa Tengah, usai dirinya dilaporkan tenggelam di sungai.
“Korban ditemukan 16 jam. Dia tenggelam Kamis (11/6) sekitar jam 03.00 WIB pagi. Ditemukan (Kamis, 11 Juni) petang (sekitar) jam 18.00 WIB,” kata warga yang juga melakukan pencarian Ahmad Mukmin kepada wartawan, Sabtu 20 Juni 2020, seperti dilansir Detik.com .
Pria yang juga anggota Koramil Larangan berpangkat Sertu itu ikut mencari Tarjono. Pencarian Tarjono berakhir ketika tubuhnya ditemukan mengambang di saluran irigasi besar di desa mereka.
“Pas maghrib itu Tarjono muncul di permukaan air. Dia langsung ditolong warga kemudian dibawa ke Puskesmas dan diberi makan,” terangnya.
Saat ditemui di rumahnya, Tarjono sudah kembali sehat. Sebelum tenggelam, Tarjono mengaku sedang menyirami tanamannya di ladang.
Pria yang akrab disapa Glampeng ini mengaku bertemu dengan wanita cantik di jalan usai menyiram tanaman. Wanita cantik berpakaian Jawa itu lalu mendekat dan langsung menggandeng tangan Tarjono.
“Di jalan ketemu wanita. Dia pakai kain (pakaian Jawa) dan langsung menggandeng tangan saya. Ajakannya cuma bilang ‘yuh’ dan menuntun ke sungai,” tuturnya
Petani bawang ini mengaku hanya bisa menurut saat diajak wanita cantik itu ke sungai. Sebelum masuk ke air, Tarjono mengaku sempat minta waktu untuk melepas pakaiannya. Tak lama dia merasa tiba-tiba ada yang mendorongnya masuk ke air.
“Saya dituntun untuk masuk ke air. Pas di tepi sungai, saya bilang, sebentar mau melepas pakaian dulu. Setelah telanjang, tahu-tahu ada yang mendorong pantat dan langsung tercebur,” terangnya.
“Anehnya pas jatuh di air, tahu-tahu saya berada di tengah desa. Semua orang yang saya kenal di desa ini semuanya ada. Jadi tidak merasa asing. Tapi mereka tidak pernah menoleh saat disapa. Kepala mereka merunduk semua,” tutur Tarjonoe tiba-tiba ada yang mendorongnya masuk ke air.
“Saya dituntun untuk masuk ke air. Pas di tepi sungai, saya bilang, sebentar mau melepas pakaian dulu. Setelah telanjang, tahu-tahu ada yang mendorong pantat dan langsung tercebur,” terangnya.
“Anehnya pas jatuh di air, tahu-tahu saya berada di tengah desa. Semua orang yang saya kenal di desa ini semuanya ada. Jadi tidak merasa asing. Tapi mereka tidak pernah menoleh saat disapa. Kepala mereka merunduk semua,” tutur Tarjono.
Selama di desa itu, Tarjono mengaku diajak berkeliling dan dibawa ke istana yang berada di sebuah gunung. Dia mengaku berada di desa tersebut selama tiga hari.
“Sempat diajak keliling desa dan gunung yang ada istananya. Saya tiga hari jalan-jalan di situ sama wanita itu. Dia ada yang mengawal seorang laki-laki tua,” sambungnya.
Hingga akhirnya Tarjono mengaku berjalan ke suatu tempat yang mirip tahanan. Dia melihat banyak temannya yang dimasukkan ke penjara. Wanita cantik itu pun memintanya masuk ke penjara tersebut.
“Ada semacam suara ‘aja’ (jangan). Terus saya pun menolak masuk ke penjara itu. Tidak mau saya,” kenangnya.
Saat dia menolak dimasukkan ke penjara itulah, dia merasa ada yang menendangnya hingga terjatuh. Keanehan pun kembali terjadi. Setelah ditendang hingga jatuh, Tarjono tiba-tiba muncul di permukaan air.
“Kaget pas ditendang itu, tiba-tiba saya berada di air. Ada banyak orang di pinggir saluran. Ternyata mereka sedang mencari saya, karena telanjang saya minta tolong diambilkan handuk,” ceritanya.
Usai muncul di permukaan air, Tarjono lalu dibawa warga ke Puskesmas Larangan untuk mendapatkan pertolongan medis. Dia sempat dirawat semalam sebelum akhirnya diperbolehkan pulang.
(redaksi)