Mandalapos.co.id, Natuna – Limbah medis Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Natuna mulai menggunung.
Hasil penulusuran beberapa awak media, alat insenerator yang digunakan untuk mengolah limbah di RSUD Natuna itu ternyata masih berfungsi dengan baik.
Usut punya usut, penyebab alat tersebut tak beroperasi lantaran bahan bakar berupa minyak solar tidak tersedia.
Bukan karena BBM Solar di Natuna yang langka, tetapi anggaran RSUD Natuna untuk membeli minyak yang tidak ada.
Direktur RSUD Natuna, dr. Imam Syafari saat dikonfirmasi, mengatakan produksi limbah B3 akibat pandemi Covid 19 memang semakin meningkat.
” Tidak hanya akibat pandemi, namun karena giat vaksinasi yang akhir akhir gencar dilakukan, akibatnya produksi limbah B3 kita meningkat,” terang dr. Imam , Jumat pagi ( 30/7).
Dirinyapun mengakui, kesulitan RSUD Natuna mengganggarkan bahan bakar solar dikarenakan kas daerah Natuna sedang kosong.
Keadaan ini, ternyata sudah berlangsung sejak bulan Februari 2021 yang lalu.
Padahal dalam sebulan, idealnya mesin Insinerator bisa menghabiskan 2,5 ton bahan bakar solar. Namun sudah semenjak Februari 2021 lalu, dikarenakan ketiadaan anggaran dari pemda Natuna, kegiatan pengolahan limbah B3 terpaksa tak dilakukan lagi.
” Pada momentum seperti ini, RSUD tidak bisa mengadakan atau membeli solar, oleh sebab itu operasional kegiatan rutin kita untuk pengolahan limbah B3 tidak bisa kita laksanakan, sehingga kejadiannya seperti ini, limbah B3 makin menggunung, ” sebut dr.Imam .
” Bukan kita tidak mau kerja, anggarannya ada, namun karena kondisi keuangan daerah sedang kosong maka kita tidak bisa berbuat banyak,” lanjutnya.
Imam mengklaim, pihaknya sudah berusaha mencari celah untuk mengatasi masalah tersebut, sesab keuangan RSUD Natuna tidak bisa menutupi.
***Alfi