Mandalapos.co.id, Tasikmalaya- Desa Jahiang memiliki potensi dibidang wisata. Keindahan alam yang dibalut dengan unsur religi, budaya, dan sejarah, bakal jadi andalan untuk menarik wisatawan.
Kepala Desa Jahiang, Gandi Sugandi, menuturkan selama ini destinasi yang telah sejak lama dikenal oleh masyarakat Kabupaten Tasikmalaya adalah Makam Keramat Eyang Sembah Tuan Alam di lembah Gunung Galunggung.
Diungakapkan Gandi, makam keramat tersebut sangat dihormati masyarakat sehingga tiap tahunnya selalu banyak penziarah yang mendatangi makam itu.
Namun, yang lebih menggegerkan baru-baru ini adalah ditemukannya situs batu lingkar atau Circle Stone, di komplek makam Eyang Sembah Alam Jahiang.
Diceritakan Gandi, awalnya batu lingkar ini ditemukan oleh masyarakat yang hendak berziarah, saat itu baru 1 lingkaran batu yang ditemukan.
“Kemudian Tim Ekspedisi dari Fakultas Sejarah dan Filologi Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung melakukan penelitian dan penelusuran, ternyata tim menemukan batu lingkar lainnya,” ungkap Gandi ditemui mandalapos Selasa(10/8).
Berdasarkan informasi dihimpun mandalapos, sebelumnya Kepala Departemen FKIB Sejarah dan Filologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Dr Undang Darsa serta Dr Elis Suryani selaku Ketua Tim Lintas Budaya Nusantara dan Gasantana, didampingi Budayawan Sunda Irjen Pol Dr H Anton Charliyan, mengadakan penelusuran lebih lanjut dengan cara menggali batu-batu yang muncul ke permukaan tanah di sekitar komplek tersebut sekitar 0,5 meter sampai dengan 1,5 meter.
Tidak terduga, semua batu yang awalnya hanya muncul sedikit dipermukaan tersebut, ternyata merupakan kumpulan Batu Lingkar atau Cyrkle Stone yang jumlahnya sekitar 36 buah lingkaran.
Menurut Dr . Undang Ahmad Darsa, Prediksi para ahli sejarah, benang merah para raja telah diketemukan di Kampung Naga Tasikmalaya, sebab Kampung itu terletak dibawah Desa Jahiang, dan Desa Jahiang sendiri, diprediksi sebagai tempat kumpul seluruh Raja dan Resi untuk menghadap Sanghyang Tunggal (Tuhan).
Kembali ke Kepala Desa Jahiang, Gandi, Ia juga mengatakan selain ditemukan Batu Melingkar (Circle Stone), di lokasi itu juga terdapat sebuah Gua yang masyarakat desa setempat menamakannya Gua Mahar (Mas Kawin), yang dilengkapi dengan sebuah parit (selokan/sungai kecil).
“Konon katanya, dahulu ada putri raja setempat yang dilamar, maka sebagai mahar perkawinan sang putri meminta dibuatkan sebuah terowongan atau Gua untuk mengalirkan air dari Cipejit ke Jahiang untuk mngaliri sawah di Jahiang, terus lelaki itu membuat terowongan air, tetapi katanya tak sampai selesai. Itulah makanya dinamakan Gua Mahar,” terang Gandi.
Melihat potensi wisata di desanya, Gandi pun berencana akan mengembangkan potensi tersebut ,dimana yang akan “dijual” adalah destinasi wisata alam berbasis Religi, Budaya dan Sejarah.
“Mudah-mudahan dapat menambah Pendapatan Asli desa kami, sehingga bisa digunakan untuk pembanguann desa kedepan,” harapnya.
***Yahya