Mandalapos.co.id, Bogor- Jembatan Merah Bogor, Jawa Barat, menjadi saksi bisu perjuangan tentara Badan Keamanan Rakyat (sekarang TNI-red) melawan penjajah Belanda.
Jembatan ini konon dibangun pada tahun 1881 bersamaan dengan diresmikannya stasiun Bogor. Kini jembatan merah menjadi salah satu ikon bersejarah yang berada di kota hujan tersebut.
Dibangun melintasi Sungai Cipakancilan, Jembatan Merah menghubungkan Jalan Kapten Muslihat, Merdeka, dan Panaragan.
Menurut buku Catatan Sejarah Bogor karangan Saleh Dasasminta, Cipakancilan dibuat oleh Kanjeng Aria Natangegara (seorang demang di Kampoeng Baroe) pada tahun 1776.
Tujuan pembuatan sungai ini antara lain untuk mengaliri persawahan di utara Dayeuh Bogor seperti Kebon Pedes, Cilebut sampai Bojong Gede, Depok dan berakhir di Sungai Ciliwung.
Alur Cipakancilan kemudian dipecah menjadi kanal Cidepit yang pembagian airnya dimulai di daerah yang sekarang menjadi Manterena Lebak.
Jembatan Merah Bogor, Tempat Kongkow Gubernur Jenderal Hindia Belanda Sambil Makan Doclang
Menurut penuturan sesepuh Bogor, lokasi sekitar Jembatan Merah pada pagi hari terutama hari Minggu dan hari-hari besar/liburan menjadi tempat rekreasi bagi penduduk Bogor waktu itu, terutama dari kalangan Belanda dan Eropa.
Berdasarkan sejarah, salah satu Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang berkedudukan di Istana Bogor yaitu Gustaf Willem Baron van Imhoff sering menyempatkan melihat kegiatan masyarakat di sekitar Jembatan Merah sembari jalan-jalan dan olahraga pagi.
Tuan Baron ini selalu menyempatkan diri menikmati jajanan khas Bogor antara lain bubur ayam, doclang, lontong, tahu goreng setengah matang, goreng kentang dan kerupuk merah yang banyak dijual di kawasan tersebut.
Begitupula Direktur Kebun Raya Bogor Mr Treub yang juga sering menyempatkan diri mengunjungi Jembatan Merah setelah disibukkan dengan aktivitasnya di laboratorium pribadinya yang berada di area Kebun Raya Bogor.
Selain para petinggi dan pejabat Hindia Belanda, kawasan ini terutama pada malam hari (malam minggu) ternyata ramai dikunjungi oleh remaja-remaja bule dan priyayi yang dijuluki “Mience”.
Sebelum mereka berkumpul di tempat hiburan di Societet Hitte (sekarang jadi kawasan perbankan Jalan Juanda), para remaja tak akan melewatkan waktu untuk berkeliling di sekitar Jembatan Merah sambil menikmati jajanan khas Bogor.
***Herman