Kovablik 2021, Plt Bupati Probolinggo Presentasikan Inovasi BUMI KRAKSAAN

0
411
Plt.Bupati Timbul Di dampingi Kepala Dinas Perikanan Dedy Isfandi dan Anna Maria Dwi Susiandari melihat proses Budidaya Udang Vaname Kolam Bundar Menggunakan metode RAS di Media Air Laut Buatan

Mandalapos.co.id, Probolinggo- Plt Bupati Probolinggo Drs. HA. Timbul Prihanjoko melakukan presentasi inovasi BUMI KRAKSAAN (Budidaya Udang Vaname Kolam Bundar Menggunakan Ras di Media Air Laut Buatan) dalam Kompetisi Inovasi Layanan Publik (Kovablik) Provinsi Jawa Timur tahun 2021.

Presentasi tersebut dilakukan Plt. Bupati secara virtual di Pendopo Prasaja Ngesti Wibawa Kabupaten Probolinggo, (8/10/2021). Turut mendampingi Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandi dan Kepala Bagian Organisasi Setda Kabupaten Probolinggo Anna Maria Dwi Susiandari.

BUMI KRAKSAAN merupakan inovasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo berupa air laut buatan dari air sisa dari panen garam yang memiliki mineral yang cukup tinggi atau disebut air bittern. Air tersebut dicampur dengan air tawar dan diberikan garam krosok. Budidaya ini cocok di wilayah yang jauh dari laut.

Timbul Prihanjoko memaparkan inovasi BUMI KRAKSAAN telah dilaksanakan dengan baik. Kabupaten Probolinggo juga merupakan salah satu daerah penghasil udang vaname di Provinsi Jawa Timur dengan produksi di tahun 2020 sebesar 9.807 ton atau 81% dari total produksi budidaya ikan di Kabupaten Probolinggo.

“Udang vaname merupakan komoditas budidaya perikanan yang memberikan nilai ekonomi cukup tinggi sebesar 674,33 M dengan pangsa pasar luas dan segmen pasar yang fleksibel. Di tahun 2020 ekspor udang vaname dari Provinsi Jawa Timur hanya mampu memenuhi kebutuhan impor negara Amerika, Jepang dan Cina,” terangnya.

Menurut Timbul Prihanjoko, mayoritas produksi udang vaname Kabupaten Probolinggo dikirim untuk memenuhi kebutuhan ekspor di luar negeri. Pasalnya, komoditas perikanan ini memiliki potensi ekonomi yang sangat besar dan menjadi peluang usaha menarik, serta dapat menjadi pengungkit peningkatan pendapatan pembudidaya kecil sebesar 50-300%.

“BUMI KRAKSAAN ini memiliki keunikan dan kebaharuan yaitu produktivitas tinggi diantara 2-3 kali lipat dari budidaya sistem konvensional. Untuk biaya investasi dan operasional terjangkau sebesar Rp 20.750.000,- untuk 2 (dua) unit kolam. Teknologi budidaya sederhana dengan mudah diadopsi oleh masyarakat. Baik diterapkan dalam skala rumah tangga dengan memanfaatkan lahan terbatas,” jelasnya.

Timbul Prihanjoko menegaskan, menggunakan air laut buatan tidak tergantung pada air laut dan dapat dilakukan dimana saja yang memenuhi syarat teknis, juga hemat penggunaan air dengan sistem ras (recirculating aquaculture sistem).

“Sehingga penggunaan air menjadi lebih efisien, karena air diputar dan dapat dimanfaatkan kembali,” ujarnya.

Lebih lanjut Timbul Prihanjoko menambahkan, ada tiga prinsip inovasi BUMI KRAKSAAN yang dilakukan, pertama menggunakan air laut buatan yaitu dengan mencampur 125 liter air tawar, 1 kg garam krosok dan 2 liter air bittern.

“Kedua metode RAS (Recirculating Aquaculture System) merupakan sistem yang memanfaatkan air budidaya melalui sirkulasi menggunakan filter. Kemudian penggunaan kolam bundar, kelebihannya adalah tidak memiliki sudut mati dan pembuangan berada di tengah kolam (central drain), sehingga sangat efektif untuk membuang kotoran,” pungkasnya.

***yul

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini