Oleh: Subbihi.S.Pd.,M.Pd / Ketua MKKS-SMK Kabupaten Natuna-Provinsi Kepulauan Riau
Selamat Hari Guru Nasional ke 76 tahun 2021
“Setiap kita adalah Guru dan setiap rumah adalah madrasyah”
Demikian pesan Bapak Pendidikan kita KI. Hajar Dewantara.
Dibalik gegap gempita hari guru, penulis mohon izin melakukan refleksi momentum kepemimpinan sekolah vokasi. Momen 76 tahun tersebut merupakan lonceng menuju pemimpin sekolah vokasi di Natuna karena kemajuan sekolah tidak terlepas dari pemimpinnya dan pemimpin yang baik tentu melakukan evaluasi diri.
Pemimpin sekolah vokasi telah diatur dalam permendikbud Nomor 6 tahun 2018, intinya adalah bersumber dari seorang guru sekolah vokasi. Charles Maurice de Telleyrand, seorang diplomat Prancis mengatakan, “Seratus kambing yang dipimpin oleh seekor singa akan lebih berbahaya atau lebih menakutkan dari pada seratus singa yang dipimpin oleh seekor kambing” demikian dikutip dari tulisan Aswandi (2021), berjudul Pemimipin Perubahan.
Menjadi pemempin di sekolah vokasi era perubahan ini harus demokratif, adaftif, inovatif, kreatif dan selalu update dengan perubahan yang terus terjadi.
Telah kita sadari bahwa pendidikan merupakan investasi pembangunan sumber daya manusia, dan yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan baik sosial dan ekonomi di masyarakat dan pada suatu bangsa.
Pendidikan diselenggarakan semakin demokratis, semakin merata dan terbuka bagi setiap orang. Selain itu, pendidikan juga semakin bervariasi dalam tujuan, fungsi, isi dan metodenya bahkan semakin bervariasi dalam program, bidang studi dan statusnya.
Seiring dengan perubahan yang terjadi maka pemahaman pemimpin vokasi harus semakin kompleks dan spesifik dalam komponen pendidikan yang bersifat umum dan semakin kaya dalam komponen vokasionalnya, serta semakin bervariasi dalam aspek professional dan spesialisasinya. Oleh sebab itu, pendidikan semakin banyak memerlukan berbagai keahlian yang bersifat interdisipliner dalam memecahkan masalahnya.
Kepala sekolah sebagai leading sektor terdepan pendidikan setidaknya terpatri pada dirinya sebagai seorang leader pendidikan antara lain “1). Ahlakulkarimah/ berahlak mulia, 2). Berkarakter jujur, 3). Berkarakter terbuka, 4). Berkarakter mampu mengendalikan diri, 5). Berkarater peduli pada masalah sosial, 6). Berkarakter peka/tanggap terhadap perubahan, 7). dan visioner”. Demikian di kutip dari A.A. Ketut Jelantik pada bukunya berjudul Era Revolusi Industri 4.0 dan Paradigma baru Kepala Sekolah tahun 2021. Semua karakter tersebut bukan sekedar pemahan teoritis bagi seorang kepala sekolah melainkan aktualisasi pada diri dan aktifitasnya dalam keseharian.
Seorang pemimpin sekolah vokasi masa kini diharapkan menjadi model ditengah perubahan dan adaptif. Merujuk pada kensep yang disampaikan oleh Dirjen Pendidikan Vokasi yaitu kita membutuhkan “pemimpin sekolah Vokasi yang Subur”.
Pemimpin yang dimaksud bermakna bahwa memahami sekolah vokasi, peka, inovatif, kreatif dan mampu menggerakkan semua komponen yang ada dengan metode kepemimpinan sesuai koridor aturan yang terpadu dan holistik serta menginspiratif.
Pendidikan vokasi menurut Carr & Hartnett (2002) dalam Supriyanto, menegaskan bahwa “regeneration and modernization of industry” pendidikan vokasi mendidik generasi untuk siap bekerja “development and growth of modern society” merupakan regenerasi yang dapat digunakan pada dunia industri serta tingkat kelayakan secara sosial.
Agar peserta didik siap bekerja diera MEA dan AFTA serta Bonus Demografi maka satuan pendidikan vokasi menurujuk pada konsep total quality manajement (TQM). Menurut Hensler dan Brunell, 1993 dikutip dari Al Azhar pada Pekbis Jurnal bahwa ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu :1). Kepuasan pelanggan, 2). Respek terhadap setiap orang baik karyawan maupun pelanggan, 3). Manajemen berdasarkan fakta dan 4). Perbaikan berkesinambungan.
TQM adalah suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas internasional, dan dewasa ini semua mengalami perubahan untuk itu sangat diharapkan seorang pemimpin sekolah vokasi yang memahami perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi.
Berdasarkan gambaran konsep TQM yang telah disampaikan, sebagai pemimpin sekolah vokasi harus memformat ide-ide besar kedalam total qualiti manajemen sekolah, semangat motivasi berprestasi, membangun halte-halte guru vokasi penggerak harus ditumbuhkan bukan mengancam guru-guru yang telah melakukan perubahan atau manajemen dengan manipulasi atau rekayasa.
Sebagai contoh kita bahwa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah meluncurkan berbagai program maupun kebijakan dan dikendalikan melalui Dirjen Pendidikan Vokasi diantaranya: SMK CoE/ Center of Excellence (lulusannya cerdas Sorf Skill dan adaptif IDUKA/ Insustri dan Dunia Kerja), SMK PK /Pusat Keunggulan (peningkatan kualitas dan kinerja serta sorf and hard skill, bermitra dengan insustri dan dunia kerja / IDUKA), SMK fast Track (lulusanya setara D2 dan melibatkan IDUKA dan Perguruan Tinggi) dan sekolah vokasi di Natuna masih berjuang agar bisa masuk pada SMK kategori tersebut.
Momentum hari guru nasional ke 76 tahun 2021 ini semoga pemimpin dan guru vokasi di kabupaten natuna berbenah secara cepat, berinovasi dan melakukan perubahan secara cepat dan tepat, dalam menerapkan tugas dan fungsinya pada aktivitasnya di setiap satuan pendidikan yang ada dan menjadi pemimpin dan guru vokasi masa depan.