MANDALAPOS.co.id, ANAMBAS– Hari sudah memasuki waktu petang, langit mendung disertai hembusan angin laut menambah dingin suhu di Desa Kiabu, Kecamatan Siantan Selatan, Senin 11 Januari 2020.
Meski dingin mencubiti kulit, namun tak menyurutkan penantian warga Desa Kiabu, yang menunggu para pelaut di desa mereka datang.
Tak ada yang lebih menarik sejauh mata memandang, selain pompong-pompong (perahu kayu) yang terlihat dari kejauhan menerjang gelombang laut, menghampiri daratan.
Bukan mutiara atau barang berharga yang dinantikan warga, melainkan ikan hasil tangkapan nelayan.
Bagi Masyarakat Kepulauan Anambas khususnya Warga Desa Kiabu, ikan merupakan makanan atau lauk favorit, khususnya ikan tongkol, dibandingkan daging sapi maupun ayam.
” Kalau tak makan ikan seperti lemas,” begitulah kata warga sekitar.
Pery Boy salah satu nelayan, akhirnya menepi di pelantar kayu Desa Kiabu tempat para warga menunggu.
Belum lagi pery mengikat tali pompongnya ke pelantar, sudah banyak warga menghampiri, ibarat fans berat yang tak sabar berjumpa figur idolanya.
Sebenarnya perilaku warga Kiabu ini hanya terlihat saat musim angin kencang, seperti saat ini musim utara. Pasalnya, pada musim tersebut ikan menjadi langka karena tak banyak nelayan ke laut.
Pery adalah salah satu nelayan di Desa itu yang nekat, tetap melaut meskipun gelombang laut tengah ekstrim.
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), keadaan gelombang laut di Kepulauan Anambas masuk kategori sangat tinggi, yakni kisaran 2,5 hingga 6 meter.
Namun mau bagaimana lagi, tuntutan kebutuhan hidup membuat Pery tetap melakukan pekerjaannya sebagai nelayan, meskipun maut mengintai.
Hasil tangkapan Pery pun belum tentu bisa memenuhi permintaan warga, tak jarang warga Kiabu yang tak kebagian ikan dari nelayan.
**Red- YAHYA