Mandalapos.co.id, Tapsel —Â Juli Zega, tampak sibuk mondar-mandir di Lantai 4 No.304 Rumah Sakit (RS) Metta Medica di Kota Padangsidimpuan, Jumat (18/3) malam. Rupanya, salah satu pengurus di Yayasan Burangir itu, tengah mengupayakan seorang bocah bernama Natalia Laiya (7), untuk mendapat perawatan medis terbaik di RS. Burangir sendiri merupakan yayasan yang bergerak di bidang sosial serta perlindungan perempuan dan anak.
Natalia yang selama ini bertempat tinggal di Lorong IV Palang, Desa Gunung Baringin, Kecamatan Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) itu kini terbaring koma, lantaran menderita TB Paru, serta trombosit jelek dan infeksi di hati maupun lambungnya. Bahkan, malangnya, Natalia sudah mengalami hilang kesadaran sejak 3 pekan yang lalu, namun hanya berobat di kampung tanpa tindakan medis.
“Tadi sore, sekitar pukul 18.09 WIB, saya hubungi Bapak Dolly Pasaribu (Bupati Tapsel), guna memberitahu bahwa ada seorang anak dari Lorong IV Palang, yang sedang sakit parah di rumah sakit dan butuh pertolongan karena berasal dari keluarga kurang mampu,” kata Juli kepada awak media.
Tidak sampai setengah jam dari waktu dia menelepon, lanjut Juli, Bupati Tapsel langsung merespons dengan memberikan sedikit bantuan yang disampaikan melalui jajarannya. Tidak sampai di situ, Bupati Tapsel juga mengarahkan jajarannya untuk segera menangani dan melayani Natalia dengan baik.
“Pukul 19.00 WIB, perwakilan dari Dinas Kesehatan Tapsel sudah langsung datang ke rumah sakit dan menyampaikan kepada keluarga supaya Natalia dirujuk ke RSUD Sipirok,” sebut Juli.
Akhirnya, kata Juli, keluarga menyetujui, Natalia dirujuk ke RSUD Sipirok dengan biaya keseluruhan, ditanggung Pemkab Tapsel. Setelah itu, ungkap Juli, pihaknya membayar biaya pengobatan selama di RS Metta Medica dan menyiapkan seluruh berkas penting Natalia.
Juli berharap, kiranya Natalia mendapatkan penanganan yang lebih baik dan segera sembuh. Burangir saat ini akan melakukan pendampingan kepada Natalia maupun keluarganya. Sebab saat ini, pihak keluarga masih membutuhkan biaya untuk kebutuhan sehari-hari selama di rumah sakit.
“Sahabat Burangir, kami kembali mengetuk pintu hati kalian untuk mengulurkan tangan membantu biaya proses pengobatan Natalia sampai sembuh. Supaya dia mampu melanjutkan kembali pendidikannya dan menggapai cita-citanya kelak. Mari kembalikan keceriaannya semasih sehat dulu,” ungkap Juli.
“Untuk donasi boleh mengirim ke Nomor Rekening : 2008196721, An. Burangir Bank Syariah Indonesia (BSI). Konfirmasi donasi ke 082368774440 (Juli Zega. Donasi tetap dibuka yang nantinya akan diberikan ke keluarga Natalia guna memenuhi kebutuhan mereka selama di rumah sakit,” imbuhnya.
Sebelumnya, Natalia pertama kali dirawat di RS Metta Medica, Kamis (17/3/2022). Namun esoknya, lantaran merasa tidak mampu lanjutkan pengobatan, ayahnya Natalia, yakni Sazanolo Laiya (32), telah berencana untuk membawa pulang anaknya ke rumah. Hingga terakhir dirawat di RS Metta Medica, biayanya mencapai Rp4 juta dan tak memiliki BPJS Kesehatan karena berasal dari keluarga tidak mampu.
Saat dirawat, kondisi Natalia yang tidak sadarkan diri, sangat memprihatinkan. Di mana, tampak sebuah selang menarik kotoran yang berwarna kehitaman dari dalam lambungnya. Tangan diinfus, selang oksigen di hidung, obat-obatan, maupun penanganan intens dari dokter spesialis dan tim medis, menjadi pemandangan yang menghiasi hari-hari Natalia selama dirawat di RS.
“Dari penuturan ayahnya, awalnya Natalia terkena penyakit campak yang sebabkan demam tinggi pada bulan lalu. Sejak saat itu, dia (Natalia) tak bernafsu makan sehingga membuat sakitnya semakin parah. Maka dari itu, Tim Burangir berupaya menguatkan ayah Natalia dan berjanji akan membatu biaya perobatan anaknya,” imbuh Juli.
Juli menyebut, ibunya Natalia, yakni Idama Giawa (27), saat ini berada di rumah, sebab baru selesai melahirkan dan menjaga tiga adik Natalia yang masih kecil-kecil. Sedang ayah Natalia, sehari-hari hanyalah seorang petani cabai di kebun. Semasa sehat, Natalia mengikuti pendidikan taman kanak-kanak (TK) di kampungnya di Mosa.
“Sekitar 1 jam perjalanan dari rumah dan melewati hutan untuk sampai ke sekolah karena memang mereka tinggal di dalam kebun. Namun, dia begitu semangat untuk pergi bersekolah,” tandas Juli.
Laporan : M Reza Fahlefi