Mandalapos.co.id, Tasikmalaya- Lincah dan riang, para pelajar di SD Negeri Cipatangga Kabupaten Tasikmalaya, tak menggambarkan raut wajah khawatir menjalankan aktivitas belajar di sekolahnya.
Berbeda dengan perasaan orang tua mereka, selalu was-was lantaran anaknya belajar di bawah atap sekolah yang hampir roboh.
SDN Cipatangga, terletak di Desa Puspasari, Kecamatan Puspahiang. Sekolah ini berdiri sejak 1982 silam, dan kini tengah mendidik 102 orang siswa.
Dari pantauan mandalapos, sepintas bangunan sekolah SDN Cipatangga memang terlihat kokoh, namun jika dilihat lebih detail dari dekat, atap atau genteng sekolah sudah bergelombang, dan sebagian cekung ke dalam. Bahkan, beberapa plafon dalam ruangan kelas terlihat mulai bolong.
Hal inilah yang kemudian dikhawatirkan pihak sekolah terkait keselamatan anak muridnya.
“Kalau dibiarkan saya khawatir musim hujan itu takut terjadi hal tak dinginkan,” ujar Kepala Sekolah SDN Cipatangga, Ade Ruhayat, ditemui Rabu (8/9/21).
Menurut Ade, ada 4 kelas dibawah atap yang kondisinya sudah mengkhawatirkan, maka dari itu pihaknya berharap pemerintah daerah secepatnya turun tangan.
“ Hal ini juga jadi pembicaraan orang tua murid, mereka juga khawatir akan keselamatan anak-anak mereka,” tuturnya.
Mirisnya, sekolah yang telah berusia sekitar 39 tahun ini ternyata baru sekali mengalami perbaikan dari Pemkab Tasikmalaya. Tepatnya, sekitar tahun 2006-2007 alias 14 tahun silam.
“ Semenjak itu belum pernah ada perbaikan lagi,” beber Ketua Komite SDN Cipatangga, Muhammad Kardi Sukardi.
Lanjut Sukardi, pihak sekolah bersama komite pun tidak tinggal diam melihat kondisi atap sekolah yang rapuh itu. Mereka, telah melakukan koordinasi ke dinas terkait agar sekolah tersebut segera direhab.
“Sampai sekarang tak ada reaksinya, maunya supaya murid dan orang tua tenang, bangunan harus kokoh demi keselamatan murid SD ini. Lihat gentengnya hampir ambruk, memang casingnya dirawat bagus, tapi di dalam mengkhawatirkan,” ujarnya.
Selain masalah atap, Sukardi juga mengungkapkan sejak dibangun hingga kini SD tersebut tidak memiliki WC atau toilet yang selayaknya. Bahkan air pun tidak ada.
“Jadi ya anak-anak ke sana-sini numpang rumah warga kalau mau ke wc,“ imbuhnya.
***Yahya