Mandalapos.co.id, Indramayu – Bupati Indramayu Nina Agustina Da’i Bachtiar menegaskan, persoalan stunting (Red: Kondisi badan anak lebih pendek dibanding tinggi badan anak seusianya) di Bumi Wiralodra perlu diatasi bersama sedini mungkin.
Persoalan stunting harus melibatkan semua elemen masyarakat dengan langkah dan komitmen bersama untuk bersatu padu, bekolaborasi dan berinovasi supaya angka stunting di Indramayu bisa menurun sesuai target yang ditetapkan.
Hal itu ditegaskan Bupati Indramayu Nina Agustina Da’i Bachtiar saat membuka Seminar Nasional Stunting yang diselenggarakan Forum Kepala Puskesmas Indramayu (FKPI) dengan Tema “Cegah Stunting Menuju Generasi Bermartabat” di Pedopo Indramayu, Selasa (12/10/2021).
Menurut Bupati Indramayu itu, persoalan stunting masih menjadi tantangan besar dan membutuhkan kerjasama serta kolaborasi dari seluruh pihak. Terlebih, katanya, dalam 2 tahun terakhir telah dihadapkan dengan pandemi Covid-19, yang tentunya akan mempengaruhi kondisi kesejahteraan masyarakat termasuk meminimalisir pemicu naiknya angka stunting.
“Perubahan situasi inilah yang harus kita sikapi dengan langkah serius dan juga fokus. Saya optimis dengan inovasi yang dibuat dan komitmen bersama seluruh elemen masyarakat maka angka stunting di Kabupaten Indramayu dapat semakin menurun,” tegasnya.
Bupati Nina Agustina menjelaskan, stunting di Kabupaten Indramayu merupakan persoalan yang harus diatasi bersama, dari mulai intervensi gizi pada lokasi kelompok sasaran prioritas atau rumah tangga, 100 hari pertama kehidupan hingga meminimalisir terjadinya pernikahan dini.
“Pemerintah pusat memberi perintah bahwa Kabupaten Indramayu harus bisa menurunkan angka stunting. Kita harapkan generasi yang akan datang akan menjadi generasi yang berkualitas, masyarakat yang luar biasa menuju Generasi Bermartabat (Red: Bersih, Religus, Maju, Adil, Makmur dan Hebat),” pintanya.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Indramayu Deden Bonni Koswara mengatakan, sebanyak 41 ribu balita di Indramayu menderita stunting dan status gizi balita di Indramayu diangka 29,19 persen. Sehingga, jelas Deden, Pemerintah Kabupaten Indramayu menargetkan 14 persen angka stunting di Indramayu bisa menurun.
“Kita minta stunting frekuensinya itu 14 persen. jadi ini adalah keinginan dari Ibu Bupati kita, supaya stunting di Kabupaten Indramayu bisa menurun. Ini adalah visi-misi yag disampaikan presiden yang tercantum Prespes No. 72 Tahun 2021. Jadi ini merupakan amanat nasional,” katanya.
Deden menjelaskan, Pemerintah Kabupaten Indramayu telah membentuk Tim Gerakan Stunting Indramayu Terpadu (Gesit) yang beranggotakan kepala Puskesmas, kepala Perangkat Daerah, hingga kepala desa se-Kabupaten Indramayu untuk bersama-sama menurunkan angka stunting.
“Jadi kita mengundang seluruh stakeholder terutama dari SKPD kemudian camat dan TPKK kemudian kepala puskesmas dan petugas gizi, ini fungsinya nanti akan menjadi Tim Gesit supaya nanti penanganan stunting dilakukan oleh Tim yang terdiri dari desa, kecamatan dan kabupaten yang akan menurunkan stunting secara konvergensi,” jelasnya.
Pemateri lainnya Dr. Tubagus Rahmat Santika, Sp.A menyebutkan, stunting bukan hanya gagal tumbuh pada anak balita tetapi telah berdampak kurangnya rata-rata kemampuan otak pada anak secara permanen.
“Jadi ketika anak diberi makan ikan itu enggak dicerna, karena enzimnya enggak ada. Makan karbohidrat enggak dicerna karena enzimnya, engga ada. Tolong ya para dokter kasih tahu mereka bahwa enggak ada enzimnya. Makanya kita memutuskan dengan Permenkes No. 29 dimana disebutkan gizinya asam amino, gizinya glukosa, gizinya vitamin diberikan kepada mereka 1 botol sehari atau 1 bulan atau 2 bulan maka naik semuanya,” pungkasnya. ***( Resman S)