MANDALAPOS.co.id, Jakarta– Kenaikan harga kedelai beberapa waktu lalu membuat para pengusaha tahu dan tempe di tanah air menjerit. Kedelai impor yang biasanya dibeli dengan harga antara Rp600.000 sampai Rp700.000 per kuintal, kini mencapai Rp900.000 hingga Rp950.000 per kuintalnya.
Menanggapi hal itu, Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso mengatakan penyebab utama meroketnya harga kedelai beberapa waktu lalu karena adanya praktik kartel.
“Tentang kenaikan harga kedelai kemarin bukan kurang atau karena keterbatasan dari luar negeri. Tapi karena permainan kartel importir kedelai,” tegas pria yang akrab disapa Buwas dalam acara Perkenalan Direksi dan Strategi Perum Bulog 2021, Rabu (3/2).
Buwas mengungkapkan, suburnya praktik kartel di tanah air tak lepas dari berkurangnya wewenang Bulog untuk melakukan penugasan impor sejumlah komoditas pangan, termasuk kedelai.
“Padahal dalam regulasi itu untuk impor sembilan bahan pokok itu dilakukan oleh negara yaitu Perum Bulog. Tapi mekanismenya (impor) harus melalui penugasan yang jumlahnya itu kecil,” terangnya.
Purnawirawan Polri itu pun berharap volume penugasan impor komoditas pangan oleh Bulog bisa ditambah dalam jumlah besar. Sehingga dapat memberantas praktik kartel dan lebih terjaminnya kestabilan harga berbagai bahan pangan termasuk kedelai.
“Apalagi asosiasi perajin tahu tempe juga banyak yang menghubungi saya Dirut Bulog kenapa tidak impor kedelai dalam jumlah besar, sehingga harga kedelai untuk tempe bisa dikurangi. Saya jelaskan kalau Bulog itu harus melalui penugasan. Nah, akhirnya mereka baru tau kalau Bulog tidak bisa impor tanpa penugasan,”pungkasnya.
*** red