Mandalapos.co.id, Anambas – Event Ladan Euforia (pergelaran Seni dan Budaya) tahun 2022 yang diselenggarakan di Lapangan Sepak Bola Desa Ladan Kecamatan Palmatak, Kabupaten Kepulauan Anambas, resmi ditutup.
Ladan Euforia adalah salah satu event untuk mempromosikan daerah melalui kegiatan-kegiatan kepariwisataan pergelaran seni dan budaya. Kegiatan ini digelar selama 2 hari yakni pada tanggal 25-26 Februari 2022.
Menghadiri malam penutupan Ladan Euforia, Bupati Kepulauan Anambas, Abdul Haris, mengapresiasi pertunjukan-pertunjukan seni yang dipertontonkan di acara tersebut. Menurutnya, kesenian hingga kuliner dalam acara Ladan Euforia ini, menunjukan upaya menggali kembali ciri khas adat dan istiadat melayu yang jika dibiarkan akan punah karena tergerus perkembangan zaman.
“Mustinya para pecinta seni budaya harus mempertahankan khasanah budaya ini, harus menghidupkan bentuk kesenian seperti kita lihat bersama. Berbagai Negara di belahan dunia juga mempertahankan, menjaga, dan melestarikan seni budaya mereka, karena mereka tak mau melupakan sejarah itu,” tutur Haris, Sabtu (26/2) malam.
Meski demikian, dirinya pun merasa bangga dan mengapresiasi kepada pemuda yang sudah bersemangat melestarikan dan mewujudkan seni budaya di Kepulauan Anambas yang lambat laun mulai sirna.
“Kalau bukan pemuda siapa lagi, kami yang kaum tua ini hanya memberi semangat, arahan, pembinaan dan memotivasi,” ujarnya.
Haris juga berpesan kepada Dinas Pariwisata Kepulauan Anambas, untuk terus melestarikan, mensosialisasikan, dan menjembatani kecamatan dan desa lainnya untuk menggelar kegiatan serupa, sebagai daya tarik Anambas terhadap wisatawan.
“Kita Kepulauan Anambas ini mencanangkan bagaimana mengembangkan, membangun dan mewujudkan industri pariwisata. Industri ini menjanjikan untuk meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat,” ungkap Haris.
Menurut Haris, sumber daya perikanan yang kini dimiliki oleh Kepulauan Anambas dan menjadi mata pencaharian masyarakatnya, lambat laun akan mengalami penurunan hasil. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, seperti penangkapan berlebihan.
“Kita saksikan nelayan kita kerap kesulitan menghadapi kondisi alam di musim tertentu, dan perebutan hasil laut dengan negara tetangga dimana nelayan asing tidak jera menangkap ikan di wilayah tangkapan nelayan kita, teknologi mereka juga kian meningkat sementara kita begini saja, lama kelamaan kita kalah dan tersingkir. Namun Kita juga tidak bisa arogan, karena kita dipagari oleh hukum kelautan Indonesia dan Internasional,” jelas Haris.
Maka dari itu, lanjut Haris, industri pariwisata bisa menjadi alternatif lain untuk kesejahteraan masyarakat Anambas. Dirinyapun mengajak, saya mengajak seluruh masyarakat untuk memberdayakan 255 pulau di Anambas yang nantinya bisa memberikan pendapatan untuk peningkatan ekonomi.
“Banyak contoh kabupaten kota di Indonesia yang berhasil, seperti Labuan Bajo, dan Raja Ampat Papua, ekonomi masyarakatnya meningkat, pemerintahnya bisa menjamin kehidupan masyarakatnya dengan wisata,” ujarnya.
Meski demikian, sebut Haris, dirinya tidak bermaksud menghilangkan mata pencaharian dari nelayan.
“Jadi nelayan oke, wisata oke, ada 2 jalur yang bisa kita andalkan untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan,” ucapnya.
‘Yang musti kita rawat dengan baik seni dan budaya. Ini aset kita untuk menawarkan kepada orang yang ingin melihat keaslian seni budaya Anambas. Tak banyak kabupaten kota yang bisa melakukan hal yang sama. Kita harus bisa membuat even ini menjadi lebih baik dan bagus lagi,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Ladan, Zulkifli, mengatakan acara Ladan Euforia ini merupakan bentuk dukungan pihaknya untuk ikut membantu Pemkab Kepulauan Anambas untuk mengenalkan budaya dan kesenian.
“Terkait dengan itu, kami warga masyarakat menggali kembali dan memberi wadah bagi penggerak seni, yang dulunya mereka menganggap wadah mereka tak ada lagi karena menyangkut perkembangan jaman, tapi kini kami beri wadah, kami harap event ini tak berenti disini saja,” tuturnya.
Lanjut dijelaskan Zulkifli, acara Ladan Euforia merupakan hasil kerjasama dan gotong royong berbagai pihak .
“Sejarah kita masyarakat pedesaan itu memang gotong royong, kita saling merangkul, jadi di desa ini ada beberapa lembaga seperti ikatan nelayan, ikatan petani, karang taruna, ibu PKK, ikatan pekerja seni lagu melayu, kemudian kita ada sanggar tari. Sanggar ini sudah berdiri 3 tahun dan kita beri pembinaan dari desa, Alhamdulllah antusia anak SD dan SMP mau bergabung menjadi anggota sanggar tersebut, meski pelatih kurang tapi belajar dari sesama kami dulu, intinya kita bisa memberi kontribusi dulu,” terangnya.
“Kami harap desa lainnya juga bisa memberikan kontribusi terbaik bagi pemda, khususnya dalam pengembangan bidang seni dan budaya,” imbuhnya. ***Yahya (Advetorial)