Mandalapos.co.id, Anambas — Kabupaten Kepulauan Anambas hanya memiliki 1,36 persen daratan dan 98,64 persen luas lautan. Keunikan ini menjadi potensi dan sekaligus tantangan. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah pengelolaan sampah.
Dengan daratan yang begitu kecil, Kabupaten Anambas pun kesulitan untuk membuat tempat pembuangan akhir sampah, terlebih bukan hanya sampah dari rumah tangga yang perlu diatasi, melainkan sampah kiriman dari laut yang terbawa hingga ke pesisir pulau-pulau di Anambas.
Beruntung, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung (ITB) menawarkan solusi pengelolaan sampah ramah lingkungan.
Dalam kegiatan Program Pengabdian Masyarakat di Kepulauan Anambas, Tim LPPM ITB memperkenalkan Teknologi Masaro (Manajemen sampah zero) di 3 pulau yakni Tarempa, Jemaja dan Palmatak.
Menurut Pemimpin Tim LPPM ITB di Kepulauan Anambas, Tri Hardono, sampah organik merupakan penyumbang komponen sampah terbesar, sekitar 60 persen dari total sampah. Maka dari itu sampah organik menjadi fokus utama pada teknologi Masaro ini.
“Kita sosialisasi pemanfaatan sampah organik jadi media tanam dengan teknologi Masaro ITB. Kemarin di Tarempa kita melakukan sosialisasi dan pelatihan untuk ibu PKK, karang taruna, kelompok wanita tani, dan siswa SMP serta SMA,” tutur Dosen FTI ITB itu, ditemui dalam kegiatan sosialisasi teknologi Masaro di Kecamatan Jemaja Timur, Rabu (6/7).
Tri Hardono berharap, dengan pengenalan teknologi Masaro kepada masyarakat, sampah orgnaik tak lagi dibuang sembarangan.
“Manfaatkan sampah organik ini menjadi sesuatu yang lebih bernilai, seperti media tanam,” tuturnya.
Ditemui terpisah, Camat Jemaja Timur, Madison, mengapresiasi kegiatan Tim LPPM ITB yang menurutnya akan mengubah paradigma masyarakat Kepulauan Anambas soal pengelolaan sampah organik.
“Kita berharap dengan sosialisasi dan praktek lapangan itu masyarakat bisa merubah pola hidup dalam memanfaatkan sampah organik,” ujarnya.
Lanjut Madison, setelah melihat secara langsung pengelolaan sampah organik yang dipresentasikan tim ITB, menurutnya warga hanya menambah pekerjaan sedikit, seperti memisahkan sampah yang organik dan non orgnaik.
“Ternyata caranya cukup sederhana dengan memanfaatkan bahan yang ada disekitar kita. Kita harap masyarakat bisa tersosialisasikan, bisa terinfluencer, memanfaatkan sampah di rumah tangga masing-masing. Dan akhirnya sampah rumah tangga tidak lagi menjadi beban total sampah di Anambas,” tuturnya.
Madison bahkan berencana mensosialisasikan kembali teknologi Masaro kepada masyarakat di desa-desa di Kecamatan Jemaja Timur, melalui staf-staf nya yang telah mengikuti sosialisasi dan pelatihan pengolahan sampah organik menjadi media tanam.
“Persoalan sampah selama ini jadi persoalan di Kabupaten Kepulauan Anambas , pak Bupati juga fokus bagaimana sampah ini tak menjadi masalah di Anambas. Tentu sebagai salah satu daerah percontohan (teknologi Masaro) saya harap warga saya bisa mengelola sampah mulai dari rumah. Bagaimana sampah dapur itu bisa menghasilkan sesuatu yang berguna, mungkin dengan yang dipraktekan tadi yakni jadi media tanam atau jadi nutrisi makanan hewan ternak,” jelasnya.
“Manajemen sampah dari dapur itu sasaran utamanya, mudah-mudahan sedikit demi sedikit secara rutin kita lakukan, hal itu bisa membantu menyukseskan masalah sampah di Kepulauan Anambas,” pungkas Madison. ***Yahya