Jerit Hati Nelayan Tradisional di Perbatasan Utara Indonesia

0
397
Apendi (47) Nelayan Natuna ditemui usai pulang melaut di pelabuhan Desa Tanjung, Kabupaten Natuna

Mandalapos.co.id, Natuna – Kehadiran kapal-kapal ikan dengan alat tangkap canggih di Laut Natuna Utara, baik itu kapal ikan asing (KIA) pelaku Illegal fishing, maupun kapal Lengkong dan kapal Cantrang dari Pantura Jawa, membuat nelayan tradisional Natuna seakan terjajah di rumahnya sendiri.

Bagaimana tidak, nelayan Natuna yang notabenenya hanya bermodalkan kapal kecil dan alat tangkap tradisional, dipaksa bersaing dengan kapal perikanan modern dengan kapasitas tangkapan lebih besar.

Itulah isi hati Apendi (47) warga nelayan Desa Limau Manis, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna, yang diungkapkannya kepada wartawan mandalapos, Kamis (30/9) sore.

Menurut Apendi, sudah menjadi budaya nelayan tradisional Natuna menangkap ikan dengan cara yang ramah lingkungan, seperti menggunakan alat pancing sederhana berupa tali dan kail.

“ Jadi kehadiran kapal yang menggunakan alat tangkap canggih secara tidak langsung sangat merugikan para nelayan lokal,” keluhnya.

Namun demikian, lanjut Apendi, jika kapal ikan dari luar daerah juga menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan, dirinya akan mendukung meskipun seribu kapal didatangkan ke laut Natuna Utara.

Tak hanya kapal ikan dari Indonesia, Kapal Ikan Asing pelaku Illegal fishing selama ini juga menjadi momok bagi nelayan Natuna. Mereka biasanya kapal ikan yang berasal dari negara tetangga seperti Vietnam, Thailand, China, dan Malaysia.

Meski demikian, berkat keuletan tim patroli dari TNI Angkatan Laut, Bakamla, dan Kapal Pengawas Perikanan, sedikit demi sedikit kapal ikan asing itu mulai berkurang jumlahnya.

“Alhamdulillah untuk saat ini sudah tidak berani lagi untuk mendekat ke tempat yang sering kami mencari ikan. Sudah jarang terlihat,” ungkapnya.

Disebutkan Apendi, meski hanya menggunakan peralatan sederhana, soal nyali nelayan lokal Natuna juga boleh diadu. Biasanya nelayan setempat menggunakan kapal motor (Pompong-red) dengan besar sekitar 3 GT (Grosston) namun dengan kapal yang terbilang kecil itu, mereka mampu menempuh  jarak 100 hingga 200 mil untuk mencari ikan.

Tak ayal nelayan lokal Natuna sering bertemu dan bahkan bersaing, dengan kapal-kapal ikan lain yang bertonase lebih besar dan menggunakan alat tangkap yang lebih modern di Laut Natuna Utara.

“Kami sebagai nelayan tradisional juga harus berjuang lebih jauh lagi agar hasil tangkapan kami lebih banyak,” ucapnya.

Apendi pun berharap, pihak keamanan di laut seperti TNI AL, Bakamla dan KKP untuk terus menggencarkan patroli agar pelaku illegal fishing tidak berani lagi memasuki perairan Natuna.

***Suparman

Berita ini dibuat dalam rangka liputan kolaboratif kegiatan in house training jurnalistik maritim berwawasan kebangsaan oleh LPKW UPN Veteran Yogyakarta bekerjasama dengan Kedubes Amerika di Indonesia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini