Mandalapos.co.id, Natuna – “Tidak ada yang namanya tawar-menawar mengenai kedaulatan, mengenai teritorial negara kita,” tegas Presiden Jokowi, saat berkunjung ke Natuna tahun 2020 silam.
Sikap itu disampaikan Presiden Jokowi untuk menyikapi pelanggaran kapal China yang memasuki Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di Perairan Natuna, Kepulauan Riau (Kepri), akhir tahun 2019 lalu.
Bahkan, Panglima TNI kala itu, Marsekal Hadi Tjahjanto, menyiapkan kekuatan penuh pasukan TNI untuk menjaga Laut Natuna Utara.
Bagaimana dengan sekarang? Baik Pemerintah RI maupun TNI tidak pernah mengendorkan perhatiannya. Pemerintah membangun infrastruktur Natuna, sedangkan TNI, setia menjaga setiap jengkal kedaulatan negara di ujung utara.
Menjaga Natuna bukan sekedar bualan semata, hal itu dibuktikan dengan peningkatan kekuatan militer di Kepulauan Natuna. Pada matra udara salah satunya.
Di Natuna, TNI Angkatan Udara memiliki Pangkalan Udara Raden Sadjad (Lanud RSA) dan Skadron 52 pesawat tanpa awak atau UAV.
Ibarat kapal induk statis, Lanud Raden Sadjad bakal memegang peran strategis dalam kegiatan-kegiatan operasi di Natuna Utara. Apalagi, jika ibukota negara resmi berpindah ke Kalimantan Timur. Maka Lanud RSA bakal menjadi pangkalan udara penyangga, sekaligus menjadi benteng terdepan di bagian utara.
“Di sini (Lanud RSA) tempat pijakan atau pangkalan aju, ketika melaksanakan operasi di Laut Natuna Utara, seperti pengintaian, pengamatan, dan patroli,” terang Komandan Lanud Raden Sadjad, Dedy Iskandar, Rabu, 10 Juli 2024.
Tentu saja, kata Dedy, dalam menjaga kedaulatan negara di Natuna, TNI Angkatan Udara selalu berkolaborasi dengan matra lainnya, khususnya TNI Angkatan Laut.
Dalam operasi pengamanan Laut Natuna Utara misalnya, integrasi antara kapal – kapal TNI Angkatan Laut dengan Pesawat Tempur maupun UAV TNI Angkatan Udara, dilakukan untuk menangkal dan menindak setiap ancaman yang mengganggu kedaulatan NKRI, termasuk pulau-pulau terluar dan wilayah perbatasan laut.
“Kita sudah tau sendiri bagaimana gangguan dari tetangga kita di utara, dengan nine dash line nya, mereka masuk ke wilayah kita. Bahkan beberapa tahun lalu kapal mereka masuk wilayah kita. Maka kita TNI AU selalu bekerjasama dengan TNI AL, melaksanakan operasi bersama. Jadi saat kita lakukan penerbangan, kita selalu memberi informasi ke temen-temen di AL,” jelas Dedy.
Selain mendukung operasi militer, Lanud Raden Sadjad juga berperan dalam berbagai operasi militer selain perang, seperti mendukung program-program pemerintah, dan menjalankan misi kemanusiaan berupa evakuasi medis bagi masyarakat Natuna, dan bakti sosial lainnya.
Dedy juga memastikan, keadaan Natuna saat ini dalam kondisi aman. Untuk meraih kepercayaan warga Natuna, Lanud Raden Sadjad juga beberapa kali menggelar open base alutsista.
“Dalam open base kita mendatangkan pesawat TNI AU, kemarin pesawat Super Herkules C-130 seri J terbaru, kemudian pesawat F16. Biar warga tau TNI AU hadir dengan alutsistanya siap menjaga udara. Jadi masyarakat Natuna tak usah khawatir, walau kita di ujung utara, kita tetap aman,” ujarnya.
Kendati demikian menurut Dedy, menjaga kedaulatan tak melulu soal alutsista. Melainkan juga dengan cara dekat di hati masyarakat.
“Namanya Angkatan Udara hidupnya di udara, misi di udara, tapi kita tak boleh lupa, TNI ini berasal dari rakyat,” tegasnya. *
*Laporan: Alfiana