Mandalapos.co.id, Anambas — Di masa lampau kala sarana transportasi belum sepenuhnya mengandalkan mesin, masyarakat Kepulauan Anambas masih mengandalkan berbagai jenis perahu, salah satunya jongkong layar.
Jongkong berasal dari dua kata, yaitu jong alias perahu dan kong yakni tempat tiang didirikan untuk menahan layar. Dengan demikian nama tersebut dapat diterjemahkan sebagai perahu layar oleh masyarakat pesisir.
Di masa lampau, Masyarakat Kepulauan Anambas khususnya nelayan, menggunakan jongkong sebagai sarana mencari ikan di laut. Pengguna jongkong mengandalkan angin untuk mendorong perahu itu ke laut.
Namun, di era kekinian penggunaan jongkong sudah cukup langka untuk dilihat. Sebab, seiring perkembangan teknologi masyarakat kini memilih menggunakan perahu bermesin, yang jauh lebih praktis dan tidak bergantung pada keadaan angin.
Untuk melestarikan Jongkong Layar ini, Kecamatan Siantan Timur pun berinisiatif menggelar Festival Jongkong Layar. Event ini digelar setiap tahun bertepatan dengan peringatan HUT Kemerdekaan RI.
Pada Tahun 2022 ini, festival tersebut digelar di Desa Nyamuk dan diikuti oleh desa se Kecamatan Siantan Timur.
Di balik bentuknya yang kecil dan unik, pembuatan Jongkong ternyata tak semudah dibayangkan.
“Proses mereka membuat jongkong dulu cari kayu utuh besar. Kayu itu ditebang kemudian dibuat jongkong. Pembuatannya bisa sampai 2 bulan,” terang Akmaruzzaman, Staf Ahli Bupati Anambas Bidang Sosial Kesejahteraan Rakyat dan Pegembagan Sumber Daya Manusia, Jumat (18/8).
Akmaruzzaman menuturkan, salah satu keunikan dari Festival Jonkong Layar ini adalah doa tolak bala atau doa selamat sebagai ciri khas adat masyarakat melayu.
“Biasanya doa tolak bala dilakukaan LAM (Lembaga Adat Melayu) setempat. Adat kebiasaan kita, setelah didoakan mempercikan air yang didoakan ke jongkong layar, ” jelasnya.
“Peserta biasanya juga sudah dibekali (doa) masing-masing,” imbuhnya.
Dalam perlombaan Jongkong Layar ini, lanjut Akmaruzzaman, Jongkong peserta lomba akan dibarikan sejajar. Kemudian setelah panitia mengeluarkan aba-aba tanda mulai, perahu layar itu didorong ke laut.
“Aktifitas kita melihat jongkong yang laju (kencang) dibawa angin. Itu dilombakan biasanya berlangsung 3 sampai 4 jam. Yang tercepat jadi pemenang,” ucapnya.
Meski demikian Akmaruzzaman menilai, tujuan diadakannya Festival Jongkong Layar, selain untuk melestarikan budaya kearifan lokal, juga untuk merajut tali silaturahmi.
“Apalagi ini digelar bertepatan dengan HUT RI, sehingga bisa merajut persatuan dan kesatuan,” ujarnya. ****Yahya