Mandalapos.co.id, Tulungagung — Berdiri megah di tengah perbukitan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Candi Borobudur mempesona setiap mata yang melihatnya.
Dengan arsitektur megahnya dan cerita sejarah yang kaya, candi ini tidak hanya menjadi warisan budaya yang penting, tetapi juga menjadi tujuan wisata yang populer bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Meski menjadi objek wisata populer di Indonesia yang kerap ramai dikunjungi wisatawan. Namun candi megah ini tak pernah kehilangan aura sakral dan mistisnya.
Seperti dirasakan sendiri tim liputan mandalapos dan awak media lainnya, ketika menyusuri setiap seluk beluk Candi yang konon dibangun sekitar tahun 800-an masehi, Senin, 30 Desember 2024.
Beberapa ratus meter di sebelah utara Candi Borobudur, juga terdapat museum bernama Karmawibhangga atau disebut juga Museum Borobudur.
Sebelum masuk ke museum, tim media pun sempat mengobrol dengan 2 orang petugas kebersihan di kawasan Borobudur, yang mengungkapkan bahwa ada aura mistis di museum tersebut.
Konon, ada sebuah Arca yang tidak mau dijadikan satu dengan arca-arca lainya. Informasi itu pun membuat semakin penasaran.
Menemui juru kunci atau juru penerangan Museum Borobudur, Sumardi. Tim media pun mendapati sebuah kisah tentang sebuah Arca bernama Arca Mbah Belet.
Mbah Belet merupakan sebuah patung Budha yang berasal dari stupa Induk candi Borobudur yang ditemukan dalam stupa dengan posisi terbenam (kebelet) oleh abu yang dipercaya merupakan abu raja raja yang meninggal dan disimpan di stupa induk.
Mbah Belet ini berada di dalam kompleks candi di Museum Borobudur yang merupakan tempat penyimpanan berbagai macam potongan potongan candi yang tidak dipakai dalam proses pemugaran Candi Borobudur oleh Pemerintah Indonesia dan UNESCO.
Memang tak meleset perkataan para petugas kebersihan, baru menginjakan kaki di aula museum saja, serasa tubuh mulai merinding. Padahal, tim media datang saat waktu masih di siang bolong.
Selain Museum Borobudur, ada juga Museum Kapal Samudra Raksa yang merupakan museum tentang sejarah kemaritiman Nusantara.
Di Museum Kapal Samudra Raksa ini, tim media kembali disambut oleh juru kunci museum, Mulyadi. Bahkan, awak media juga berkesempatan masuk ke dalam museum yang suasananya juga tak kalah horor dari Museum Borobudur.
Di dalam museum ini terlihat kapal besar yang menurut Mulyadi merupakan replika kapal dari salah satu relief Candi Borobudur.
Menurut Mulyadi, Kapal Samudra Raksa ini pun tak sekedar replika kapal biasa, sebelum akhirnya bersemayam di dalam Museum, Kapal Samudra Raksa pernah melakukan ekpedisi pelayaran pada tanggal 15 Agustus 2003. Kapal Samudra Raksa melakukan rute perdagangan kayu manis dari Ancol kota Jakarta menuju Pelabuhan Tema, Accra, Ghana, Afrika Barat, yang memakan waktu kurang lebih 6 bulan hingga 23 Februari 2004.*
*Endro