Mandalapos.co.id, Natuna – Suasana di Pasar Tradisional Ranai Ahad (9/8) pagi, sudah tampak ramai. Waktu baru menunjukan pukul 06:00, tetapi hilir mudik pembeli antara kios sayur dengan kios ikan tak pernah sepi.
Di sudut pintu masuk menuju kios-kios penjual ikan di Pasar Ranai, terlihat berdiri seorang gadis muda sedang menjajakan dagangannya. Dia adalah Siti Nurwidianingsih atau yang akrab disapa Nur(25).
Terlihat sesekali gadis itu menawarkan dagangannya dengan ramah, “Bu, beli tempe Bu… Tempenya Tante .”
Ya, Nur adalah penjual tempe di Pasar Ranai, sudah hampir 2 tahun Dia menekuni aktivitasnya itu. Namun siapa sangka, gadis imut ini ternyata bergelar sarjana pendidikan.
Eits tapi jangan salah kira, aktivitas yang dilakoninya itu demi membantu sang orang tua.
“Ya bantu – bantu orang tua, kalau gak kita yang bantu siapa lagi,” ujar Sulung dari 4 bersaudara ini, ditemui mandalapos di lapak jualannya.
Biasanya Nur mulai berjualan di pasar Ranai sejak pukul 05.30 WIB sampai pukul 11.00 WIB. Ia biasa menjual tempenya seharga Rp 5000 (lima ribu) per-buah.
“Ini juga ada yang memang sudah punya langganan, mereka tinggal ambil aja disini.” katanya sambil menunjuk bungkusan besar tempe dibelakangnya.
Nur lulus dari Fakultas Keguruan di Universitas Pancasakti Tegal Jawa Tengah, tahun 2020 lalu. Seperti gadis lainnya, Nur juga memiliki impian menjadi guru di Sekolah Menengah Atas (SMA). Sayang, rezeki itu belum mendatanginya.
Gadis manis berwajah bulat ini pun mengaku banyak yang menyayangkan ia berjualan tempe, terutama teman – teman sekolahnya. Tetapi itu tidak membuatnya menjadi minder atau berkecil hati.
“Ada sih yang bilang, sayang lah Nur, kamu kuliah, ijazah sarjana tapi malah jualan tempe dipasar. Tapi saya gak peduli, saya gak gengsi. Kenapa harus malu, ini kan halal, lebih malu kalau punya ijazah sarjana, tapi malah menganggur,” imbuh Nur.
“Ya siapa tau nanti ada rezeki bisa kerja sesuai ijazah saya. Yang penting sekarang saya tidak menganggur, dan dapat membantu kedua orang tua,” tambahnya.
Bagi sesama pedagang di Pasar Ranai, Nur dikenal sebagai seorang yang ramah dan suka membantu. Tak jarang gadis ini juga membantu menjualkan dagangan teman satu mejanya.
“Anaknya sopan, dan mau membantu. Kadang kalau saya sibuk, Nur juga bantu menjualkan dagangan saya,” kata bu Umi, penjual cincau disebelah meja tempe Nur.
Matahari sudah mulai meninggi, tak terasa dagangan tempe Nur pun telah ludes terjual. Kini saatnya gadis itu pulang melanjutkan pekerjaan di rumah, yakni membantu orang tuanya memproduksi tempe.
Itulah Nur, gadis penjual tempe di Pasar Ranai yang memiliki segudang motivasi dan selalu berpikiran positif di dalam hidupnya. Dari Nur kita juga belajar, bahwa pekerjaan yang halal itu tidaklah hina.
***Wina
editor :Alfian