mandalapos.co.id, Tasikmalaya– Warti nama samaran, seorang warga Desa Puspajaya, Kecamatan Puspahiang, Tasikmalaya, ditemui mandalapos dikediamannya Rabu 14 Juli 2021 kemarin. Dia menjadi pembuka cerita janggalnya pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Ganesha Desa Puspajaya.
Warti menceritakan dalam musyawarah penyampaian laporan pertanggungjawaban Bumdes periode 2018-2020, masyarakat menyaksikan pengurus Bumdes menyerahkan aset –asetnya ke Pemerintah Desa Puspajaya.
“Asetnya mobil 2 unit, sound sistem dan lain-lain, Cuma kemarin dalam laporan itu BPKB mobilnya yang 1 disekolahin (digadaikan-red). Hasil dari usaha BRI Link juga ga ada lagi, katanya dipinjam orang desa,” bebernya.
Lebih lanjut diceritakan Warti, laporan pertanggungjawaban dari pengurus Bumdes Ganesha dibawah kepemimpinan Ketua Bumdes Darhudin, juga tidak jelas penyampaiannya.
Usai menjumpai Warti, awak media mandalapos pun langsung menemui Kepala Desa Puspajaya, Dede Rahmat. Tak basa basi, kepala desa yang baru menjabat sekitar 1 bulan ini mengakui bahwa pengelolaan Bumdes Ganesha tidak jelas.
Bahkan dikatakan Dede, masyarakat ragu menerima laporan pertanggungjawaban Bumdes Ganesha lantaran pembukuan keuangannya tidak jelas. Demikian, masyarakat sepakat agar aset-aset Bumdes dari kepengurusan lama dapat diserahan seutuhnya , kepada pengurus Bumdes yang baru nantinya.
Dede juga menyarankan mandalapos untuk menemui Sekretaris Desa (Sekdes) Puspajaya, yang notabenenya mengetahui seluk beluk Bumdes Ganesha dan sempat menjabat Plt Kades sebelum Dede resmi menjabat Kades.
Usut punya usut, Sekdes Puspajaya merupakan istri dari mantan Kades Puspajaya, Rizal Mohammad Kikin. Rizal sendiri merupakan eks kades yang pada Tahun 2018 dan 2019 silam memberikan penyertaan modal kepada Bumdes Ganesha. Pada Tahun 2018 itu, Juli juga sudah menjabat sekretaris desa.
Kembali ke penelusuran mandalapos, Juli Pitrianingsih yang ditemui Rabu 14 Juli 2021, memberi pengakuan bahwa Bumdes yang bergerak dibidang usaha menyewakan alat pesta ini, sejak didirikan keuntungannya sangat sedikit. Hingga akhirnya belum bersumbangsih bagi Pendapatan asli desa. Sepengetahuan Juli, pihak pemerintah desa juga tidak pernah menerima laporan keuangan dari pengurus Bumdes sebagaimana mestinya.
Menilai pernyataan Sekdes Puspajaya itu, artinya pengurus Bumdes periode 2018-2020 telah melakukan kelalaian karena tidak menjalankan Bumdes secara transparan dan akuntabel.
Namun pengakuan mengejutkan datang dari Ketua Bumdes Ganesha periode 2018-2020, Darhudin. Menurutnya, jabatan ketua di dalam Bumdes itu hanya sekedar dipakai nama saja, alias dijadikan boneka sang mantan Kades, Rizal Moh.Kikin.
“Saya mengundurkan diri masalahnya saya ga cocok, cuma dibentuk doang ,penghasilan ga dapat, Saya mah Cuma nama doang di situ,” tutur Darhudin, ditemui di kediamannya Kamis 15 Juli 2021.
Bukan hanya Darhudin, semua pengurus juga tak banyak dilibatkan dalam pengelolaan Bumdes oleh sang kades.
Berdasarkan draf penyertaan modal atau rencana kebutuhan Investasi Bumdes Puspajaya di Tahun 2018-2019 yang didapatkan mandalapos . Dalam laporan pada tanggal 29 Januari 2018, Bumdes Ganesha mendapatkan anggaran total sebesar Rp 236.833.800, dengan rincian kebutuhan investasi berupa 1. pembuatan Agen BRI LINK sebesar Rp 20 juta, 2. Pengadaan mobil Mitsubishi L300 sebesar Rp 180 juta, 3. Pengadaan Genset Honda X5 10 KVA sebesar Rp 36.833.800.
Kemudian pada 28 Januari 2019, Bumdes kembali mendapatkan kucuran dana investasi dari APBdes sebesar Rp 183.510.400. Dengan rincian belanja, 1. Pengadaan mobil Mitsubishi L300, pajak progresif kendaraan, dan besi Ram Mitsubishi L300 dengan total Rp 173.247.800. Selanjutnya juga terdapat pengadaan Power CA20 (Amplifier soundstandart) dan kabel-kabel sebesar Rp 10.262.600.
Dari draf dana investasi ke Bumdes itu, anehnya tidak ada satupun catatan pembeliaan berupa alat-alat pesta dan Sound System. Padahal , peralatan tersebut termasuk bagian dari aset Bumdes yang diserahkan ke pihak desa. Semakin janggal, nota pembeliaan aset-aset Bumdes tersebut juga bak hilang ditelan bumi.
Mirisnya, keberadaan BPKB mobil Mitsubishi L300 tidak diketahui keberadaannya. Tak sampai disitu, pengadaan mesin genset yang disebutkan dalam draf dengan spesifikasi Genset merk Honda X5 10 KVA, ternyata dibeli berbeda menjadi mesin genset bermerek Pro-quip Newtek Rav 11700. Diduga harga genset tersebut jauh lebih murah dibandingkan merk dalam spesifikasi dalam draf pengadaannya.
Kejanggalan yang terjadi dalam pengelolaan Bumdes Ganesha Desa Puspajaya, perlu mendapatkan atensi dari aparat penegak hukum. Pasalnya, uang rakyat yang telah digelontorkan melalui APBdesa untuk Bumdes Ganesha hanya berakhir sia-sia, bahkan rawan dikorupsi. Hal ini melihat sejumlah kejanggalan yang ada, mulai dari teknis pengadaan, pengelolaan, hingga laporan pertanggung jawaban yang semrawut.
***Yahya