Mandalapos.co.id, Anambas – Stunting khususnya di wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas masih menjadi perhatian bagi berbagai pihak, tak terkecuali sejumlah perusahaan hulu migas (Kontraktor Kontrak Kerja Sama/ KKKS) hulu migas yang berada di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
Perusahaan-perusahaan tersebut di antaranya Harbour Energy, Star Energy (Kakap) Ltd., KUFPEC Indonesia Anambas B.V. dan West Natuna Exploration Ltd, yang merasa perlu untuk mendukung Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas untuk menurunkan stunting di wilayah ini.
Keempat perusahaan tersebut melalui mitra kerjanya yakni Karya Cita Konsultindo (KCK) melakukan proses penilaian kebutuhan di lapangan agar program yang direncanakan bisa lebih efektif dan berkelanjutan sesuai kondisi dan potensi yang ada. Diantarnya melalui Focus Group Discussion atau FGD dengan para Tim Percepatan Penurunan Stunting yang diselenggarakan di Kecamatan Siantan pada Kamis, 30 November 2023.
“Kami sangat bersyukur dengan kedatangan dan keterlibatan perusahaan-perusahaan migas di sini melalui konsultannya, yang harapannya dapat membantu kami bersama-sama dalam percepatan penurunan stunting,” ujar Camat Siantan, Kaharuzaman, dalam sambutannya saat pembukaan FGD.
“Mudah-mudahan ini awal mula KKKS melalui 4 perusahaan yakni Harbour Energi, Star Energy (Kakap) Ltd., KUFPEC Indonesia Anambas B.V., dan West Natuna Exploration Ltd. melalui Tim KCK dapat bersinergi dalam percepatan penurunan stunting di Kepulauan Anambas,” sambung Camat Siantan.
Selain Camat Siantan, kegiatan ini juga dihadiri oleh Perwakilan Ahli Gizi Puskesmas, Kasi Kesra Sosial Kecamatan Sinantan, Kades Sri Tanjung, Kades Tarempa Selatan, Kades Pesisir Timur, Kades Terempa Timur, Kades Tarempa Barat, Lurah Tarempa, Kades Tarempa Barat Daya, serta perwakilan Posyandu dari desa-desa tersebut.
Masing-masing desa menyampaikan terkait dengan program dan kegiatan yang dijalankan, salah satunya Kades Sri Tanjung, Penglek, yang menyampaikan bahwa keterlibatan perusahaan migas melalui konsultannya menjadi semangat tersendiri bagi desa dalam upaya percepatan penurunan stunting, serta menjadi penguat dan pendamping desa terutama dalam masalah data yang dari atas masih rancu dalam pendefinisiannya.
Lanjut Penglek mengatakan, data yang akurat juga dibutuhkan untuk proses awal intervensi penanganan stunting, selain itu alat antroprometri desa juga terbatas, sehingga harapannya ada bantuan tiap desa untuk memastikan data yang lebih valid.
Hal ini juga dibenarkan oleh Santika, Ahli Gizi Puskesmas bahwa perlunya alat-alat ukur dan timbangan yang tersedia kurang memadai, bahkan rusak di beberapa tempat.
“Ada juga yang masih menggunakan dacin atau timbangan beras dalam pelaksanaan posyandu di beberapa tempat,” ujarnya.
Sedangkan dari Tim KCK, Anif Muchlashin, mengatakan bahwa dampak stunting ini sangat panjang, sehingga harapannya aksi penanganan stunting ini menjadi investasi masa depan untuk menciptakan generasi emas di Kepulauan Anambas. *** (ADVERTORIAL/Red)