MANDALAPOS.co.id, Jakarta – Kepolisian Sektor Tanjung Priok berhasil membongkar praktik prostitusi anak baru gede (ABG) di sebuah hotel berbintang di kawasan Sunter, Jakarta Pusat.
Kasus ini terbongkar setelah pihak Kepolisian mendapatkan informasi adanya perdagangan orang di hotel tersebut. Tim Unit Reskrim Polsek Tanjung Priok kemudian melakukan penyelidikan hingga mengamankan pria inisial RSD (20) di lobby hotel.
“Yang bersangkutan mengakui telah menyiapkan empat orang perempuan di bawah umur untuk disiapkan sebagai job ke om-om inisial R,” kata Kapolsek Tanjung Priok Kompol Hadi Suripto dalam jumpa pers di Polsek Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (27/1).
Polisi kemudian bergerak ke hotel tersebut. Saat digeledah, ternyata benar ditemukan keempat korban di hotel tersebut bersama dengan laki-laki hidung belang inisial R.
Polisi mengungkap RSD merekrut para ABG melalui aplikasi WeChat. Para ABG tersebut kemudian ditawarkan oleh muncikari kepada para lelaki hidung belang.
“Kalau secara detail hasil interogasi saya dengan muncikari, itu bisa melalui media sosial WeChat. Yang paling sering terjadi menggunakan WeChat,” ujar Kanit Reskrim Polsek Tanjung Priok AKP Paksi Eka kepada wartawan di Polsek Tanjung Priok, Rabu (27/1).
Lebih lanjut Paksi menjelaskan alasan tersangka menggunakan aplikasi untuk merekrut para korban.
“Kalau saya rasa, alasan (pelaku) pakai WeChat karena jarang orang di atas 40 tahun. Itu bermain di bawah umur-umur belia,” imbuh Paksi.
Lanjut Paksi, Muncikari RSD mengiming-imingi keempat ABG perempuan itu dengan uang Rp 20 juta untuk sekali berkencan dengan Om-Om.
Uang tersebut dibagi kepada empat korban, sehingga masing-masing korban akan mendapatkan Rp 5 juta untuk sekali melayani pria hidung belang. Namun, pada kenyataannya, keempat korban menerima Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta.
“Pada faktanya yang dijanjikan muncikari kepada si korban beragam, ada yang Rp 1,5 juta, ada yang paling mahal Rp 3 juta. Selisih angka tersebut merupakan keuntungan bagi muncikari,” terang Paksi.
Sementara itu, muncikari yang ditangkap polisi berinisial RSD (19) mengaku hanya mendapat bagian sekitar Rp 1-1,5 juta. RSD mengatakan tidak bekerja sendirian.
“Iya hanya segitu (dapat bagian Rp 1-1,5 juta). Ada teman (muncikari) yang lain juga,” jawab RSD saat diinterogasi polisi.
Menambahi keterangan Kanit Reskrim, Kapolsek Tanjung Priok Kompol Hadi Suripto menyebutkan bahwa keempat ABG itu terjerumus prostitusi karena pergaulan.
“Ini masalah pergaulan saja, biasa nongkrong di kafe dan lain-lain. Dia terima job atau permintaan dari om-om, kemudian dia komunikasi sama teman-temannya siap terima job,” kata Hadi.
Masih dalam jumpa pers itu, Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) merasa prihatin soal empat ABG perempuan yang diduga terlibat prostitusi di hotel berbintang di Sunter, Jakarta Utara. LPAI menyebut keempat ABG tersebut terlibat prostitusi karena termotivasi uang.
“Sepenuhnya mereka melakukan ini dengan motivasi uang. Mereka hanya ingin semua kebutuhan terpenuhi, termasuk kebutuhan gadis remaja pada umumnya. Kebutuhan untuk beli pakaian, beli pulsa, make up, dan sebagainya,” ujar Sekjen LPAI Heni Adihermanoe.
Keempat ABG tersebut berusia rata-rata 15 dan 17 tahun. Rata-rata ABG tersebut sudah putus sekolah.
“Itu yang menjadi kebutuhan yang memotivasi mereka untuk melakukan hal-hal yang bertentangan. Melihat tadi berdialog dengan anak-anak, rata-rata mereka putus sekolah,” imbuh Heni.
Dalam kasus prostitusi ini, keempat ABG disebut sebagai korban. Keempat ABG tersebut disebut menyesali perbuatannya.
“Secara psikologis saya lihat anak-anak tadi begitu tertekan, menyesali. Ketika anak-anak mulai menyesali, harus ada upaya-upaya serius pendampingan psikologis kepada mereka, mengarahkan anak-anak, dan tentu saja mengembalikan rasa kepercayaan diri mereka. Saat ini mereka benar-benar tidak memiliki rasa percaya diri. Mereka merasa hina, buruk, dan sebagainya. Nah, upaya ini yang harus kami lakukan ke depan,” ujar Heni.
***Red