12.6 C
New York
Sabtu, Januari 4, 2025
Beranda Daerah Buton Tengah Rilis Pencapaian Tahun 2024, Prevalensi Stunting Pemkab Buton Tengah Capai 14,4 Persen...

Rilis Pencapaian Tahun 2024, Prevalensi Stunting Pemkab Buton Tengah Capai 14,4 Persen Data e-PPGBM

0
230

Mandalapos.co.id, Buton Tengah — Pemerintah Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara melalui Dinas Kesehatan merilis hasil analisis data pengukuran Stunting Tingkat Kabupaten Buton Tengah.

Sebagai mana diketahui,  Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak balita akibat kekurangan gizi kronik dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang badan atau tinggi badan berada di bawah standar WHO (PP No.72 Tahun 2021). Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.

Wilayah Kabupaten Buton Tengah terdiri dari 7 Kecamatan dengan jumlah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebanyak 14 Puskesmas terdiri dari 7 Puskesmas Induk dan 7 puskesmas Satelit. Situasi sebaran prevalensi stunting Kabupaten Buton Tengah dalam kurun waktu Tiga tahun terakhir yaitu Tahun 2021, 2022, 2023 dan Tahun 2024.

Adapun perkembangan sebaran prevalensi Stunting Kabupaten Buton Tengah mengalami penurunan selama Empat tahun terakhir. Pada tahun 2021 Prevalensi stunting sebesar 23,5 % yang kemudian mengalami Penurunan sebesar 1,1 % pada tahun 2022 menjadi 22,4%, pada tahun 2023 terjadi penurunan yang signifikan yaitu sebesar 6,7 % menjadi 15,7% dan tahun 2024 menjadi 14,4% mengalami penurunan sebesar 1,1%.

Penurunan Prevalensi Stunting di Kabupaten Buton Tengah dipengaruhi oleh kerja sama Lintas Sektor yang semakin membaik. Keterlibatan dan kinerja Lintas Sektor terkait dalam percepatan penurunan Stunting terlihat dengan pelaksanaan kampanye atau penyuluhan tentang stunting baik di tingkat kabupaten, kecamatan maupun tingkat desa/kelurahan yang dapat membangun kesadaran masyarakat tentang penanganan stunting.

Keseriusan pemerintah daerah juga ditunjukan dengan keterlibatan berbagai tim dalam Tim Percepatan Penurunan Stunting atau TPPS mulai dari tingkat kabupaten yang di SK kan oleh kepala daerah, tingkat kecamatan hingga ke tingkat desa. Penurunan angka Stunting ini sudah mencapai target Nasional yaitu 14% pada Tahun 2024, dan Buton Tengah suda berada pada angka tersebut yaitu 14,4% berdasarkan data elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) diambil melalui data posyandu.

Berdasarkan data diolah dari e-PPGBM, tahun 2021, 2022, 2023 data Bulan Agustus dan 2024 data Bulan Juni, menunjukkan bahwa Tren Prevalensi stunting di Kabupaten Buton Tengah menurut Kecamatan mengalami Fluktuatif selama tiga tahun terakhir. Tren angka Stunting per kecamatan memperlihatkan bahwa kecamatan yang paling tinggi penurunan prevalensi stuntingnya terjadi pada kecamatan Wawasangka Timur sejak tahun 2021 yaitu sebesar 12,8% pada tahun 2022 mencapai 2,3% pada Tahun 2023 menjadi 16,4% pada tahun 2024.

Penurunan yang konsisten juga terjadi di Kecamatan Mawasangka Tengah yang mengalami penurunan dari tahun ke tahun meskipun tidak secara signifikan yaitu 34,2% pada tahun 2021 turun menjadi 33,6% pada tahun 2022, 20,1% pada tahun 2023% terjadi penurunan sebesar 13,5% dan menjadi 19,9% pada tahun 2024.

Sebaran Prevalensi Stunting dari tahun 2023 ke tahun 2024 terjadi penurunan pada lima kecamatan yaitu, Kecamatan Mawasangka, Mawasangka Tengah, Kecamatan Mawasangka Timur, Kecamatan Lakudo dan Kecamatan Sangia Wambulu. Sedangkan dua Kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Gu dan Kecamatan Talaga Raya mengalami peningkatan Prevalensi Stunting. Kecamatan Talaga Raya mengalami peningkatan sebesar 0,8%, sedangkan Kecamatan Gu mengalami peningkatan sebesar 6,0%.

Terdapat tiga kecamatan yang angka Stuntingnya dibawah standar nasional 14% yaitu Kecamatan Lakudo 13,0%, Kecamatan  Mawasangka 13,8% dan Kecamatan Talaga Raya (10,3%).

Kegiatan intervensi yang telah dilakukan untuk menurunkan angka stunting adalah dengan melakukan Konvergensi Stunting yang melibatkan seluruh perangkat daerah terkait mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan sampai ke tingkat RT dan RW. Selain itu adanya kegiatan berupa intervensi spesifik dan Sensitif juga banyak dilakukan.

Beberapa kegiatan Intervensi Spesifik yang dialkukan Oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas mulai dari memaksimalkan program-program Kementerian kesehatan seperti peningkatan Status Gizi Remaja Putri dengan pemberian Tablet Tambah Darah, Screening Anemia Remaja Putri dan Pelayanan Posyandu Remaja, Pemeriksaan Kesehatan bagi calon pengantin, Pemberian Tablet Tambah Darah bagi Calon Pengantin, Pelayanan ANC Lengkap (6x), Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil KEK, Pemberian Tablet Tambah Darah Ibu Hamil 90 Tablet Selama Kehamilan, Pemantauan Tumbuh Kembang Balita, Pelayanan Imunisasi Dasar Lengkap, Pemberian Makanan Tambahan pada balita gizi kurang dengan PMT Bahan Lokal, Pemantauan Tumbuh Kembang Balita di Posyandu, Tatalaksana Gizi Buruk dan Pemberian Taburia pada Balita BB kurang.

Selain memaksimalkan Kegiatan Rutin yang telah ada, Dinas Kesehatan juga melakukan upaya-upaya dalam peningkatan kapasitas petugas seperti Orientasi Konseling Menyusui bagi Petugas, Pelatihan Keterampilan Dasara Kader Posyandu, selain Petugas yang ditingkatkan kapasitasnya Kader Posyandu juga diberikan peningkatan kapasitas diantara Orientasi Pemberian Makan Bayi dan Anak, Pelatihan Pemantauan Tumbuh Kembang bagi Kader, Guru TK/PAUD/RA.

Kegiatan untuk meningkatkan cakupan Tablet Tambah Darah Remaja Putri yaitu Gerakan AKSI Bergizi Minum Tablet Tambah Darah serentak di Sekolah, Gerakan Bumil Sehat.Pembentukan KP-ASI (Kelompok Pendukungn Air Susu Ibu).

 Sedangkan kegiatan intervensi sensitive yang telah dilakukan seperti memastikan akses air bersih dan sanitasi yang baik, edukasi/konseling pada calon pengantin, menyediakan akses ke layanan kesehatan dan keluarga berencana, memberikan pendidikan pengasuhan pada orangtua, serta memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi serta gizi pada remaja. Pengadan Pekarangan Pangan Lestari oleh Dinas Pangan, Pembentukan TPK oleh dinas PPKB, DASHAT (Dapur Sehat Atasi Stunting), Bapak Bunda Asuh Kabupaten Buton Tengah, dan masih banyak pula kegiatan lainnya.

Gambaran kondisi Stunting Kabupaten Buton Tengah meliputi

A. Faktor Determinan yang memerlukan perhatian

Faktor determinan yang masih menjadi kendala penurunan stunting di Kabupaten Buton Tengah adalah masih tingginya kebiasaan merokok, dimana terdapat 781 Balita stunting yang anggota keluarganya merokok di dalam rumah, dengan kasus tertinggi terdapat di Kecamatan Sangia Wambulu yakni terdapat 66 balita Stunting anggota keluarga merok dari 76 Jumlah balita stunting yaitu sebesar 86,8%  dan terendah berada di Kecamatan Gu yaitu 50 keluarga Balita Stunting memiliki riwayat merokok dari 179 Balita Stunting. Selain Kebiasaan Merokok, rendahnya kepemilikan JKN juga menjadi kendala dalam percepatan penurunan Stunting, dimana hanya terdapat 753 Balita Stunting yang memiliki JKN dari 1400 balita Stunting yakni sebesar 53,8% dengan kepemilikan JKN terrendah berada di Kecamatan Sangia Wambulu yaitu hanya terdapat 44 Balita Stunting yang memiliki JKN dari 76 Balita (44,7%).

Riwayat Ibu Hamil KEK juga merupakan faktor yang memerlukan perhatian, dimana terdapat 321 Balita Stunting dengan Riwayat Ibu Hamil KEK (22,9%), dan tertinggi terdapat pada kecamatan Mawasangka Tengah 99 Balita yang memiliki Ibu dengan riwayat KEK dari 241 balita (41,0%) dan kecamatan Lakudo 92 dari 312 Balita Stunting (29,5%). Faktor determinan lainnya yaitu Kepemilikan Jamban Sehat, dimana terdapat 56 Balita Stunting yang belum memiliki Jamban Sehat (4%), Balita stunting yang belum memiliki Jamban sehat tertinggi di Kecamatan Talaga Raya 10 dari 111 orang (9,1%), Kecamatan Mawasangka sebanyak 25 Balita (7,1%). Faktor determinan lainnya yaitu Riwayat Kecacingan sebanyak 15 Balita, terbanyak berada di Kecamatan Talaga Raya yaitu 5 balita (4,5%), dan Kecamatan Gu 4 Balita (2,2%). Terdapat 17 Balita Stunting yang memiliki Riwayat Penyakit Penyerta diantaranya Ispa dan Down Syndrome.

B. Perilaku kunci RT 1000 HPK yang masih bermasalah

Terdapat beberapa perilaku kunci yang membutuhkan perhatian yaitu Praktek Pemberian ASI eksklusif dibawah 6 Bulan (60,6%), Hal ini disebabkan oleh Kurangnya Dukungan Anggota Keluarga terutama Suami dan Pengaruh dari Mertua dan Orang tua serta pemahaman manajemen Laktasi yang masih kurang. Riwayat KEK pada Ibu Hamil (27,3%) hal ini disebabkan oleh masih tingginya pernikahan usia dini dan Rendahnya Pelaporan pernikahan 3 bulan sebelum nikah. Selain itu masih perlunya pemantauan pemberian dan konsumsi Tablet Tambah Darah bagi remaja putri di Sekolah.

C. Kelompok sasaran berisiko

Kelompok beresiko yang perlu mendapatkan perhatian antara lain adalah calon pengantin, Ibu hamil, Ibu menyusui, bayi, dan baduta.  Remaja puteri perlu disiapkan untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya,  Ibu Hamil diberikan Pendampingan Edukasi dan pelayanan ibu hamil, Ibu menyusui diberikan dukungan dalam mengASIhi, Bayi yang dilahirkan berhak mendapatkan inisiasi menyusui dini, ASI eksklusif  dan pemberian makan bayi dan anak yang sesuai sehingga pertumbuhan otaknya dapat optimal serta Balita dipantau Pertumbuhan dan Perkembangannya secara Rutin.

Sebagai penutup, Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Tengah meminta perlunya dukungan dari lintas sektor dalam mendukung upaya pemerintah dalam hal meningkatkan derajat kesehatan kelompok sasaran beresiko yaitu remaja dengan membantau memantau minum Tablet Tambah Darah bagi remaja putri (dinas Pendidikan) dan membantu menurunkan perkawinan usia Dini (dibawah umur) dalam hal ini Kemenag, membantu memfasilitasi kepelikan JKN bagi PUS kurang Mampu (Dinas Sosial), Dukungan Program-Program di Desa terkait Stunting (Dinas PMD), Penerbitan NIK bagi Bayi Baru Lahir agar mudah dipantau pada aplikasi eppgbm (Dinas Capil), Optimalisasi Tim Pendamping Keluarga (Dinas PPKB).

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Tengah

Laporan : Ahmad Subarjo

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

error: Dilindungi Hak Cipta!!
Rilis Pencapaian Tahun 2024, Prevalensi Stunting Pemkab Buton Tengah Capai 14,4 Persen Data e-PPGBM - Mandala POS
12.6 C
New York
Sabtu, Januari 4, 2025
Beranda Daerah Buton Tengah Rilis Pencapaian Tahun 2024, Prevalensi Stunting Pemkab Buton Tengah Capai 14,4 Persen...

Rilis Pencapaian Tahun 2024, Prevalensi Stunting Pemkab Buton Tengah Capai 14,4 Persen Data e-PPGBM

0
230

Mandalapos.co.id, Buton Tengah — Pemerintah Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara melalui Dinas Kesehatan merilis hasil analisis data pengukuran Stunting Tingkat Kabupaten Buton Tengah.

Sebagai mana diketahui,  Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak balita akibat kekurangan gizi kronik dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang badan atau tinggi badan berada di bawah standar WHO (PP No.72 Tahun 2021). Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.

Wilayah Kabupaten Buton Tengah terdiri dari 7 Kecamatan dengan jumlah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebanyak 14 Puskesmas terdiri dari 7 Puskesmas Induk dan 7 puskesmas Satelit. Situasi sebaran prevalensi stunting Kabupaten Buton Tengah dalam kurun waktu Tiga tahun terakhir yaitu Tahun 2021, 2022, 2023 dan Tahun 2024.

Adapun perkembangan sebaran prevalensi Stunting Kabupaten Buton Tengah mengalami penurunan selama Empat tahun terakhir. Pada tahun 2021 Prevalensi stunting sebesar 23,5 % yang kemudian mengalami Penurunan sebesar 1,1 % pada tahun 2022 menjadi 22,4%, pada tahun 2023 terjadi penurunan yang signifikan yaitu sebesar 6,7 % menjadi 15,7% dan tahun 2024 menjadi 14,4% mengalami penurunan sebesar 1,1%.

Penurunan Prevalensi Stunting di Kabupaten Buton Tengah dipengaruhi oleh kerja sama Lintas Sektor yang semakin membaik. Keterlibatan dan kinerja Lintas Sektor terkait dalam percepatan penurunan Stunting terlihat dengan pelaksanaan kampanye atau penyuluhan tentang stunting baik di tingkat kabupaten, kecamatan maupun tingkat desa/kelurahan yang dapat membangun kesadaran masyarakat tentang penanganan stunting.

Keseriusan pemerintah daerah juga ditunjukan dengan keterlibatan berbagai tim dalam Tim Percepatan Penurunan Stunting atau TPPS mulai dari tingkat kabupaten yang di SK kan oleh kepala daerah, tingkat kecamatan hingga ke tingkat desa. Penurunan angka Stunting ini sudah mencapai target Nasional yaitu 14% pada Tahun 2024, dan Buton Tengah suda berada pada angka tersebut yaitu 14,4% berdasarkan data elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) diambil melalui data posyandu.

Berdasarkan data diolah dari e-PPGBM, tahun 2021, 2022, 2023 data Bulan Agustus dan 2024 data Bulan Juni, menunjukkan bahwa Tren Prevalensi stunting di Kabupaten Buton Tengah menurut Kecamatan mengalami Fluktuatif selama tiga tahun terakhir. Tren angka Stunting per kecamatan memperlihatkan bahwa kecamatan yang paling tinggi penurunan prevalensi stuntingnya terjadi pada kecamatan Wawasangka Timur sejak tahun 2021 yaitu sebesar 12,8% pada tahun 2022 mencapai 2,3% pada Tahun 2023 menjadi 16,4% pada tahun 2024.

Penurunan yang konsisten juga terjadi di Kecamatan Mawasangka Tengah yang mengalami penurunan dari tahun ke tahun meskipun tidak secara signifikan yaitu 34,2% pada tahun 2021 turun menjadi 33,6% pada tahun 2022, 20,1% pada tahun 2023% terjadi penurunan sebesar 13,5% dan menjadi 19,9% pada tahun 2024.

Sebaran Prevalensi Stunting dari tahun 2023 ke tahun 2024 terjadi penurunan pada lima kecamatan yaitu, Kecamatan Mawasangka, Mawasangka Tengah, Kecamatan Mawasangka Timur, Kecamatan Lakudo dan Kecamatan Sangia Wambulu. Sedangkan dua Kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Gu dan Kecamatan Talaga Raya mengalami peningkatan Prevalensi Stunting. Kecamatan Talaga Raya mengalami peningkatan sebesar 0,8%, sedangkan Kecamatan Gu mengalami peningkatan sebesar 6,0%.

Terdapat tiga kecamatan yang angka Stuntingnya dibawah standar nasional 14% yaitu Kecamatan Lakudo 13,0%, Kecamatan  Mawasangka 13,8% dan Kecamatan Talaga Raya (10,3%).

Kegiatan intervensi yang telah dilakukan untuk menurunkan angka stunting adalah dengan melakukan Konvergensi Stunting yang melibatkan seluruh perangkat daerah terkait mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan sampai ke tingkat RT dan RW. Selain itu adanya kegiatan berupa intervensi spesifik dan Sensitif juga banyak dilakukan.

Beberapa kegiatan Intervensi Spesifik yang dialkukan Oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas mulai dari memaksimalkan program-program Kementerian kesehatan seperti peningkatan Status Gizi Remaja Putri dengan pemberian Tablet Tambah Darah, Screening Anemia Remaja Putri dan Pelayanan Posyandu Remaja, Pemeriksaan Kesehatan bagi calon pengantin, Pemberian Tablet Tambah Darah bagi Calon Pengantin, Pelayanan ANC Lengkap (6x), Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil KEK, Pemberian Tablet Tambah Darah Ibu Hamil 90 Tablet Selama Kehamilan, Pemantauan Tumbuh Kembang Balita, Pelayanan Imunisasi Dasar Lengkap, Pemberian Makanan Tambahan pada balita gizi kurang dengan PMT Bahan Lokal, Pemantauan Tumbuh Kembang Balita di Posyandu, Tatalaksana Gizi Buruk dan Pemberian Taburia pada Balita BB kurang.

Selain memaksimalkan Kegiatan Rutin yang telah ada, Dinas Kesehatan juga melakukan upaya-upaya dalam peningkatan kapasitas petugas seperti Orientasi Konseling Menyusui bagi Petugas, Pelatihan Keterampilan Dasara Kader Posyandu, selain Petugas yang ditingkatkan kapasitasnya Kader Posyandu juga diberikan peningkatan kapasitas diantara Orientasi Pemberian Makan Bayi dan Anak, Pelatihan Pemantauan Tumbuh Kembang bagi Kader, Guru TK/PAUD/RA.

Kegiatan untuk meningkatkan cakupan Tablet Tambah Darah Remaja Putri yaitu Gerakan AKSI Bergizi Minum Tablet Tambah Darah serentak di Sekolah, Gerakan Bumil Sehat.Pembentukan KP-ASI (Kelompok Pendukungn Air Susu Ibu).

 Sedangkan kegiatan intervensi sensitive yang telah dilakukan seperti memastikan akses air bersih dan sanitasi yang baik, edukasi/konseling pada calon pengantin, menyediakan akses ke layanan kesehatan dan keluarga berencana, memberikan pendidikan pengasuhan pada orangtua, serta memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi serta gizi pada remaja. Pengadan Pekarangan Pangan Lestari oleh Dinas Pangan, Pembentukan TPK oleh dinas PPKB, DASHAT (Dapur Sehat Atasi Stunting), Bapak Bunda Asuh Kabupaten Buton Tengah, dan masih banyak pula kegiatan lainnya.

Gambaran kondisi Stunting Kabupaten Buton Tengah meliputi

A. Faktor Determinan yang memerlukan perhatian

Faktor determinan yang masih menjadi kendala penurunan stunting di Kabupaten Buton Tengah adalah masih tingginya kebiasaan merokok, dimana terdapat 781 Balita stunting yang anggota keluarganya merokok di dalam rumah, dengan kasus tertinggi terdapat di Kecamatan Sangia Wambulu yakni terdapat 66 balita Stunting anggota keluarga merok dari 76 Jumlah balita stunting yaitu sebesar 86,8%  dan terendah berada di Kecamatan Gu yaitu 50 keluarga Balita Stunting memiliki riwayat merokok dari 179 Balita Stunting. Selain Kebiasaan Merokok, rendahnya kepemilikan JKN juga menjadi kendala dalam percepatan penurunan Stunting, dimana hanya terdapat 753 Balita Stunting yang memiliki JKN dari 1400 balita Stunting yakni sebesar 53,8% dengan kepemilikan JKN terrendah berada di Kecamatan Sangia Wambulu yaitu hanya terdapat 44 Balita Stunting yang memiliki JKN dari 76 Balita (44,7%).

Riwayat Ibu Hamil KEK juga merupakan faktor yang memerlukan perhatian, dimana terdapat 321 Balita Stunting dengan Riwayat Ibu Hamil KEK (22,9%), dan tertinggi terdapat pada kecamatan Mawasangka Tengah 99 Balita yang memiliki Ibu dengan riwayat KEK dari 241 balita (41,0%) dan kecamatan Lakudo 92 dari 312 Balita Stunting (29,5%). Faktor determinan lainnya yaitu Kepemilikan Jamban Sehat, dimana terdapat 56 Balita Stunting yang belum memiliki Jamban Sehat (4%), Balita stunting yang belum memiliki Jamban sehat tertinggi di Kecamatan Talaga Raya 10 dari 111 orang (9,1%), Kecamatan Mawasangka sebanyak 25 Balita (7,1%). Faktor determinan lainnya yaitu Riwayat Kecacingan sebanyak 15 Balita, terbanyak berada di Kecamatan Talaga Raya yaitu 5 balita (4,5%), dan Kecamatan Gu 4 Balita (2,2%). Terdapat 17 Balita Stunting yang memiliki Riwayat Penyakit Penyerta diantaranya Ispa dan Down Syndrome.

B. Perilaku kunci RT 1000 HPK yang masih bermasalah

Terdapat beberapa perilaku kunci yang membutuhkan perhatian yaitu Praktek Pemberian ASI eksklusif dibawah 6 Bulan (60,6%), Hal ini disebabkan oleh Kurangnya Dukungan Anggota Keluarga terutama Suami dan Pengaruh dari Mertua dan Orang tua serta pemahaman manajemen Laktasi yang masih kurang. Riwayat KEK pada Ibu Hamil (27,3%) hal ini disebabkan oleh masih tingginya pernikahan usia dini dan Rendahnya Pelaporan pernikahan 3 bulan sebelum nikah. Selain itu masih perlunya pemantauan pemberian dan konsumsi Tablet Tambah Darah bagi remaja putri di Sekolah.

C. Kelompok sasaran berisiko

Kelompok beresiko yang perlu mendapatkan perhatian antara lain adalah calon pengantin, Ibu hamil, Ibu menyusui, bayi, dan baduta.  Remaja puteri perlu disiapkan untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya,  Ibu Hamil diberikan Pendampingan Edukasi dan pelayanan ibu hamil, Ibu menyusui diberikan dukungan dalam mengASIhi, Bayi yang dilahirkan berhak mendapatkan inisiasi menyusui dini, ASI eksklusif  dan pemberian makan bayi dan anak yang sesuai sehingga pertumbuhan otaknya dapat optimal serta Balita dipantau Pertumbuhan dan Perkembangannya secara Rutin.

Sebagai penutup, Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Tengah meminta perlunya dukungan dari lintas sektor dalam mendukung upaya pemerintah dalam hal meningkatkan derajat kesehatan kelompok sasaran beresiko yaitu remaja dengan membantau memantau minum Tablet Tambah Darah bagi remaja putri (dinas Pendidikan) dan membantu menurunkan perkawinan usia Dini (dibawah umur) dalam hal ini Kemenag, membantu memfasilitasi kepelikan JKN bagi PUS kurang Mampu (Dinas Sosial), Dukungan Program-Program di Desa terkait Stunting (Dinas PMD), Penerbitan NIK bagi Bayi Baru Lahir agar mudah dipantau pada aplikasi eppgbm (Dinas Capil), Optimalisasi Tim Pendamping Keluarga (Dinas PPKB).

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Tengah

Laporan : Ahmad Subarjo

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

error: Dilindungi Hak Cipta!!