Mandalapos.co.id, Natuna — Gasing merupakan permainan tradisional yang terdapat di sejumlah daerah di Indonesia.
Gasing adalah permainan yang berputar pada porosnya serta memiliki keseimbangan pada satu titik. Biasanya, gasing terbuat dari kayu yang memiliki tingkat kekerasan dari kayu lainnya.
Saat ini, banyak masyarakat yang tidak mengenali permainan gasing, kecuali di daerah yang menganut tradisi tertentu. Sebab, gasing mulai banyak ditinggalkan oleh anak-anak di jaman sekarang.
Gasing dapat digunakan sebagai sarana perlombaan, permainan, bahkan peramalan nasib. Di Indonesia, gasing merupakan permainan tradisional yang terdapat di sejumlah daerah, salah satunya di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
“Dulu di Natuna, permainan gasing sangat populer, saat ini sudah mulai redup, karena perkembangan jaman,” ucap anggota Komisi III DPRD Natuna, Rusdi, saat menghadiri Turnamen RT Cup Desa Ceruk, Kecamatan Bunguran Timur Laut, pada Selasa (16/05/2023) siang.
Turnamen RT Cup Desa Ceruk ini, merupakan ajang perlombaan atau pertandingan gasing khas Natuna. Perlombaan ini dilakukan oleh antar tim tingkat RT di Desa Ceruk.
Kata Rusdi, gasing Natuna memiliki ciri khas tersendiri dari gasing yang berasal dari daerah lain di Indonesia. Umumnya, gasing Natuna memiliki bentuk bulat pipih, dengan kepala di bagian atasnya.
Gasing khas daerah ujung utara NKRI itu, biasanya terbuat dari jenis kayu pelawan punai, atau sentigi. Kayu ini diyakini memiliki kekuatan diatas rata-rata. Kayu berat dan keras, mendukung keseimbangan gasing saat berputar. Sehingga gasing khas Natuna dapat berputar dengan durasi cukup lama.
“Dalam permainan gasing Natuna, ada yang namanya bertendin, memangkak dan berulet. Gasing yang paling lama berhenti berputar, ia akan menang,” kata Rusdi, atau yang akrab disapa Muk.
Politisi PDI-P Natuna itu menambahkan, permainan gasing biasa dilakukan secara beregu. Gasing yang telah diputar menggukan tali yang terbuat dari kulit pohon sukak (melinjo), akan langsung di letakkan di atas kaca, supaya lambat berhenti.
aat ini, sambung Muk, permainan gasing di Bumi Laut Sakti Rantau Bertuah itu, sudah mulai ditinggalkan. Hanya orang-orang dewasa di pedesaan saja, yang masih terlihat memainkannya.
“Makanya saya sangat mengapresiasi pertandingan gasing yang digelar oleh masyarakat Desa Ceruk ini. Karena ini sebagai upaya untuk mempertahankan tradisi, dan mengenalkan budaya asli Natuna kepada anak-anak masa kini, yang cenderung lebih suka bermain gadget, ketimbang bermain permainan tradisional seperti gasing,” ungkap Muk.
Wakil rakyat dari daerah pemilihan (Dapil) Natuna I itu berharap, masyarakat dapat terus mempertahankan kelestarian permainan gasing khas Natuna, supaya tidak punah termakan jaman. ***(ADVERTORIAL DPRD Natuna)
**ALFIAN