Mandalapos.co.id, Kota Bogor – PPKM Level 4 membuat sejumlah kios atau tenant di Pusat perbelanjaan atau mal di Kota Bogor, masih belum bisa beroperasi.
Hanya kios pangan dan obat-obatan yang bisa dibuka di dalam mal. Sementara, pembeli hanya bisa membawa pulang makanan atau minuman itu. Dine in atau makan di tempat belum diperbolehkan di dalam lingkungan mal.
Manajemen mal terpaksa memaksimalkan layanan secara daring atau online agar tenant di dalamnya tetap bisa bernapas. Hal itu seperti yang dilakukan Boxies 123 Mall.
General Manager Boxies 123 Mall, Hadi Widjaja mengakui, penerapan PPKM memang tak bisa dihindari. Ia menyadari, pentingnya pembatasan itu untuk menekan angka penularan Covid-19 di Kota Bogor.
Bukan hanya wilayah Bogor saja yang terdampak PPKM, melainkan wilayah lainnya di luar Pulau Jawa dan Bali juga terkena imbas pembatasan itu.
“Sebenarnya, kalau dibilang berat, ya berat. Akan tetapi, karena menimbang ada peningkatan Covid-19 yang cukup drastis ini, ya mau tidak mau dilakukan PPKM supaya pemulihan pandemi ini bisa teratasi,” tuturnya kepada awak media, Senin (9/8).
Hadi mengungkapkan, hal terberat saat ini adalah kehilangan pendapatan, dan disamping itu operasional tetap saja berjalan.
Senada dengan Hadi, Chief Marketing Communication (Marcomm) Mal BTM Chatarina Intan juga mengakui, kondisi mal yang telah tutup selama sebulan itu tergolong berat bagi manajemen. Ia tak menampik dengan kunjungan yang terus merosot.
Hampir 90 persen jumlah kunjungan berkurang. Padahal, biasanya BTM menjadi mal yang paling banyak dikunjungi masyarakat di Kota Bogor.
Tak lagi bergairah, kini kunjungan ke Mal BTM hanya didominasi oleh para driver ojek online (ojol). Sisanya, warga-warga yang sengaja melintas dan ingin membawa pulang makanannya. Secara otomatis, penurunan itu berdampak terhadap turunnya pendapatan tenant hingga mal secara keseluruhan.
“Tenant besar saja di dalam mal harus tutup dulu, karena mereka berat di operasionalnya, termasuk SDM. Bagi kami semua mal, kondisi ini memang sangat berat. Para pedagang tenant juga sudah pada teriak semua, karena kekhawatiran terlalu lama tutup, barang tenant bisa rusak,” bebernya.
Perempuan yang akrab disapa Chintan ini juga mengakui, kondisi ini tak jauh berbeda dibanding tahun sebelumnya. Beruntung, ia belum mendapati ada sinyal-sinyal dari tenant yang bakal gulung tikar. Kemungkinan itu baru bisa diprediksi setelah tenant diperbolehkan buka kembali.
“Kita senang sekali kalau memang itu terjadi (pembukaan mal akhir bulan). Tapi kita kembalikan lagi ke pemerintah. Kalau pemerintah membolehkan buka, kami menyambut dengan senang hati. Tapi kalau belum boleh, ya mau gak mau kita mencari jalan lain untuk membantu tenant-tenant secara online,” ujarnya.
***Herman