Mandalapos.co.id, Anambas — Tim Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan (PKSPL) dari Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan sosialisasi tentang pentingnya perlindungan keanekaragaman hayati dan hewan di wilayah Desa Tarempa Selatan, Kecamatan Siantan, Kepulauan Anambas, Jum’at (20 / 1 / 2023 ) di aula balai desa setempat.
Dalam sambutanya, Kepala Desa Tarempa Selatan, Surianto, mengucapkan selamat datang kepada Tim PKSPL IPB di desanya.
Surianto mengatakan, pihaknya telah lama menanti Tim PKSPL untuk mensosialisssikan perlindungan keanekaragaman hayati dan hewan di Desa Tarempa Selatan.
“Di wilayah desa kami di Batu Tabir, tersimpan bunga langka yang dinamakan bunga Refflesia dan binatang langka kura – kura baning dan kura – kura matahari, yang mana dilindungi oleh negara. Maka kami dari pemerintah desa mengajak masyarakat mari sama – sama melindungi aset yang berharga di Tarempa Selatan ini,” terangnya.
Sementara itu, Sutopo, Pemimpin Tim PKSPL Institut Pertanian Bogor, mengajak masyarakat Desa Tarempa Selatan untuk menjadi agen konservasi demi menjaga kelangsungan hidup tumbuhan dan hewan langka di Kepulauan Anambas, khususnya yang berada di Pulau Siantan.
Selain memberikan sosialisasi, Dosen Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB itu, mengatakan, Tim PKSPL juga akan melakukan penelitian dan identifikasi bunga langka Rafflesia.
“Kami mau liat jenis apa saja rafflesia di sini, cek populasi individunya, dan sebarannya di mana saja. Kebetulan Rafflesia di sini ada di kawasan hutan yang dikelola KPHP unit VI Anambas,” sebutnya.
Sutopo membeberkan, penelitian tersebut dilakukan berkat program konservasi Medco E&P Natuna yang menggandeng KPHP dan PKSPL IPB.
Untuk saat ini, ungkap Sutopo, yang dilakukan Tim PKSPL yakni menyusun data informasi awal khususnya di wilayah Desa Tarempa Selatan. Ia juga menilai, ada peluang besar kemungkinan Bunga Rafflesia juga hidup di wilayah lain sekitar Kepulauan Anambas.
“Ini populasi kami hitung sudah lebih dari 100 individu knop, yang mekar lebih dari 10 bunga. Itu merupakan catatan out of the box dari record Rafflesia selama ini. Jadi kita harus berbangga ada Rafflesia dan Rafflesia nya berbunga terus,” jelasnya.
Sutopo pun berharap, ada peran aktif masyarakat di Pulau Siantan untuk menjaga program konservasi Rafflesia, sehingga tidak terjadi kepunahan lokal.
“Tentu ini komitmen Medco dalam menjaga lingkungan berkaitan dengan keanekaragaman hayati, kami akan merekomendasikan upaya konservasi ke depan apa yang dilakukan, terutama monitoring populasi. Kita cek sebarannya dan monitoring perkembang biakan knop yang sudah diidentifikasi,” tuturnya.
Selain Rafflesia, beber Sutopo, di Siantan juga dijumpai satwa yang masuk dalam kriteria kelangkaan secara global dan berstatus kritis yakni kura-kura darat atau biasa disebut masyarakat lokal kura-kura Baning.
“Itu sudah kritis, peraturan pemerintah kita satwa itu dilindungi. Itu harus jadi warning untuk warga dan pentingnya dilakukan konservas,” ujarnya.
“Selama ini belum ada pemahaman ke situ. Nanti kita rekomendasikan dalam bentuk dokumen dan kita dorong melakukan publikasi ilmiah, sehingga itu bisa dijadikan sebagai referensi dunia penelitian. Karena selama ini belum ada catatan khusus. Kita mengupayakan dia tetap ada, jangan nanti hanya tinggal cerita bahwa dulu banyak,” ucapnya.
Sutopo pun berharap, dengan sosialisasi yang dilakukan pihaknya pemahaman dan pengetahuan tentang satwa dan flora langka dan dilindungi dapat tumbuh.
“Kita sama-sama berperan aktif ikut memantau perkembangbiakan dan keberadaannya di mana saja. Konservasi juga tak sekedar perlindungan, tapi ada pemanfaatan yang bisa kita lakukan seperti membuat wisata ecotourism,” pungkasnya.****
**Laporan: YAHYA