Usaha Pengolahan Daging Rajungan di Natuna Terkendala Pengiriman

0
769
Usaha Pengolahan Daging Rajungan di Natuna (foto:istimewa)

Mandalapos.co.id, Natuna- Pemilik usaha pengolahan daging kepiting rajungan di Kampung Sebala, Kecamatan Bunguran Timur, Natuna, mengeluhkan kendala pengiriman barang hasil laut melalui jalur udara.

Sebagaimana diketahui, beberapa waktu belakangan ini transportasi udara yang menjadi andalan para pengusaha pengolahan hasil perikanan di Natuna,  tidak beroperasi selancar biasanya.

Kepada mandalapos, Jumadi sebagi pemilik usaha tersebut mengaku bingung mencari jalan keluar untuk pengiriman hasil olahan usaha kecilnya itu. Pasalnya, daging kepiting rajungan yang sudah dikupas dan dipisahkan dari cangkangnya, harus segera dikirim saat masih dalam kondisi segar.

“Kalau daging sudah hilang bau khasnya, ataupun bau basi, itu pasti rijek, perusahaan tidak akan mau terima. Kalau terjadi seperti itu kita yang rugi, penampung tidak mau tau,” keluh Jumadi, Rabu 4 Agustus 2021 siang.

Alternatif lainnya pengiriman bisa dilakukan melalui kapal. Akan tetapi sangat berisiko, apabila terlalu lama di perjalanan daging rajungan menjadi basi.

 “Karena pengiriman tak lancar, jadinya barang menumpuk. Rencananya hari sabtu mau kirim pakai pesawat hercules, habis itu kita tak tau lagi mau kirim pakai apa,” ujar Jumardi.

Dalam sehari ia dapat menampung 40-50 kilo gram rajungan segar dari nelayan setempat. Kemudian diproses untuk diambil dagingnya.

“Kalau seperti ini terus menerus, usaha saya bisa tutup karena modal tidak berputar. Kasihan juga ibu-ibu yang bekerja disini, tidak ada tambahan penghasilan lagi,” ujar Jum-sapaan akrabnya.

Kondisi serupa juga dialami oleh Izhar, pengusaha rajungan asal Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat. Ia terpaksa memutar otak agar usahanya tetap jalan.

Ketidak pastian penerbangan ke Natuna tidak hanya berdampak pada bisnis rajungan. Akan tetapi, juga berimbas pada semua usaha hasil laut.

“Sekarang ini sakit, barang yang dikirim sering rijek. Bahkan semua hasil laut fresh terkendala kirim ke Batam, khususnya ikan”, sebut Izhar.

Pengiriman barang terpaksa dilakukan melalui transportasi laut, meskipun berisiko tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut, ia membatasi pengiriman, hanya dua minggu sekali.

Izhar mengatakan, saat ini harga hasil laut rata-rata masih stabil. Terpenting barang dari Natuna bisa keluar, jangan sampai tidak ada transportasi.

***Suparman

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini