Mandalapos.co.id, Anambas — Meski menjadi salah satu daerah penghasil Minyak dan Gas Bumi (Migas) di Indonesia, namun masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepri, nyatanya masih sering kesulitan mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Jangan coba-coba mencari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kepulauan Anambas, karena memang tidak ada.
Warga setempat, biasanya membeli BBM eceran yang dijual di dalam botol plastik bekas air mineral, dengan isi 1,5 liter perbotol. Ya, begitulah gambaran nyata daerah terdepan Indonesia yang katanya penghasil Migas.
Mirisnya lagi, pasokan BBM di daerah yang 98 persen wilayahnya berupa lautan ini, seringkali mengalami keterlambatan penyaluran. Seperti terjadi saat ini, sudah sekitar 1 minggu BBM jenis Pertalite langka di Tarempa Ibukota Kabupaten Kepulauan Anambas.
Yunus, salah satu penjual BBM Pertalite eceran di Jembatan Selayang Pandang (SP) 1 Tarempa, hanya bisa pasrah menunggu kedatangan pasokan BBM dari suplayernya di Desa Air Sena.
Ratusan botol plastik yang biasanya digunakan Yunus untuk mengisi BBM Pertalite, terlihat ditumpuk ke dalam sebuah karung besar, sebagai tanda tidak ada minyak untuk ia jual.
“Kapan minyak ada lagi kita gatau, sudah seminggu ini tak ada. Kalau bisa pemerintah nambah kuota minyaknya supaya minyak tak putus,” ujar Yunus ditemui Sabtu (2/4).
Tak hanya sering terputus pasokannya, harga BBM Pertalite di Kepulauan Anambas juga cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena tidak adanya SPBU resmi Pertamina.
“Jadi dari sana (suplayer) satu liter Rp8.000, ditambah ongkos kirim jadi Rp8.330 per-liternya, kita jual Rp16 ribu perbotol, isi 1,5 liter,” jelas Yunus.
Ditemui terpisah, salah satu warga Tarempa, Budi, mengeluhkan kesulitannya mendapatkan BBM Pertalite untuk kendaraannya.
“Kita mau belanja ke pasar, ngantar anak sekolah, mau berangkat ke kantor jadi susah. Seharusya pemerintah tanggap, bukan tahun ini aja minyak putus , tahun kemarin pun begitu. Kita nggak tahu juga penyebabnya,” ujarnya. ***Yahya